Kelas 6: Visual Literacy

PPG 2018 - Kelas 6

"Sebagai fotografer penting untuk memperkaya bahasa visual, salah satunya dengan melihat karya-karya fotografer lain atau dengan membaca buku foto, menonton film, maupun membaca komik" ucap Edy Purnomo. Namun, membaca dan memahami sebuah karya fotografi juga bukan hal yang mudah. Melalui sesi Visual Literacy oleh Edy Purnomo ini, peserta PPG 2018 belajar untuk membaca foto menggunakan Teori Gestalt. Dengan Visual Literacy, ketika membuat sebuah karya visual, fotografer tahu kenapa mereka membuat karya tersebut dan tahu apa yang membuat sebuah foto bagus. Tidak hanya materi presentasi, dalam sesi kelas ini peserta menerima banyak latihan-latihan kecil, dari mendeskripsikan karya visual, mengintepretasikan karya visual, menebak hubungan figure dan background sebuah karya visual, hingga akhirnya membaca sebuah karya visual secara keseluruhan dan menangkap apa yang ingin fotografer sampaikan melalui karyanya. Melalui kelas Visual Literacy ini diharapkan fotografer-fotografer muda ini tidak lagi menjawab, "Suka aja karena bagus" ketika ditanya apa yang membuat Ia menyukai sebuah foto.

Kelas Visual Literacy merupakan kelas keenam dalam rangkaian Kelas Permata PhotoJournalist Grant 2018 dan berlangsung di PermataBank, WTC II, lantai 21. Selama program PPG 2018, 10 peserta akan menerima materi mulai dari pengembangan photo story, penulisan, hingga mengedit foto sebanyak 12 sesi hingga 1 Februari 2019 mendatang. Hasil akhir dari program ini adalah photo story dari masing-masing peserta, yang bertema Diversity.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Kelas 5 : Editing II

05_PPG 2018 - Kelas 5 (1)

05_PPG 2018 - Kelas 5 (2)

Selamat tahun baru 2019! Semangat tahun baru melingkupi suasana kelas PPG 2018 pertama di tahun baru ini. Setelah libur dua pekan, yang memberikan kesempatan bagi 10 peserta untuk memotret, kelas dimulai kembali dengan materi lanjutan editing. Pada editing II, masing-masing peserta membawa 45 foto baru untuk didiskusikan dan dipilih bersama dengan mentor dan co-mentor foto-foto mana saja yang bisa digunakan untuk membangun photo story mereka. Yang juga berbeda dalam sesi editing II bila dibandingkan dengan editing I adalah seluruh peserta dilibatkan dalam diskusi dan pemilihan foto satu sama lain. Jadi, setiap peserta dipersilakan untuk memberikan komentar dan masukkan, serta membantu memilih foto. Di akhir sesi kelas seluruh peserta dan penyelenggara duduk bersama untuk melakukan evaluasi. Mentor dan co-mentor menyatakan peserta memperlihatkan progres yang baik, beberapa peserta secara visual bahkan jauh meningkat bila dibandingkan dengan editing I pada bulan Desember lalu. Namun, mentor dan co-mentor terus memberikan semangat dan pengingat untuk tidak ragu mengkomunikasikan berbagai kendala yang mungkin mereka temukan selama penyusunan photo story. Mentor Edy Purnomo berpesan:

"Saat memotret bebaskan diri, bersenang-senang, dan jangan kejar target harus motret berapa. Selama kalian memotret dengan hati senang, target itu akan tercapai tanpa harus dikejar".

Jadi, nikmatilah setiap prosesnya; proses belajar dan proses berkarya. Dan jaga terus semangatnya sampai akhir program.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Kelas 4 : Editing I

04_Kelas 4_low

Penghujung tahun 2018, Kelas Permata PhotoJournalist Grant 2018 memasuki sesi editing I. 1-2 peserta menyatakan berdebar-debar menjelang Kelas Editing I, terlebih dengan diberlakukannya kriteria pass and fail yang mengharuskan peserta membawa minimal 15 foto baru untuk di-review dan didiskusikan bersama dengan para mentor foto mana saja yang dapat masuk edit. Namun, sebelum review dan diskusi, peserta terlebih dahulu mencoba menyusun sequencing atau urutan foto mereka secara mandiri. Setelahnya, mentor satu per satu menghampiri peserta untuk mendiskusikan sequencing tersebut.

Di tengah diskusi yang cukup intens antara peserta dengan mentor, kelas dikejutkan dengan kedatangan Kadir van Lohuizen (NOOR Images), yang juga pernah menjadi salah satu mentor tamu di Permata PhotoJournalist Grant tahun 2011-2015 dan yang sampai saat ini masih menjadi mentor bagi penerima program Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam. Kadir sedang berada di Jakarta dalam rangka mengerjakan photo project-nya dan menyempatkan untuk berkunjung ke kelas PPG 2018 dan menyapa para peserta.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Kelas 3: Developing Photo Story

03_Kelas 3_low

Menjabarkan Gagasan Dalam Mind Map

Yoppy Pieter dan Rosa Panggabean membuka kelas dengan presentasi photo story yang sedang mereka kerjakan sepanjang 2018 ini. Yoppy mempresentasikan photo story yang bercerita tentang tradisi berburu babi mengguunakan anjing yang dilakukan lelaki-lelaki Minangkabau. Sementara Rosa mempresentasikan tentang penyintas sejarah yang bernyanyi sebagai trauma-healing. Melalui presentasi ini, para peserta PPG 2018 dapat melihat ragam cara bercerita dalam photo story.

Sementara itu, delapan dari sepuluh peserta PPG 2018 juga sudah membawa foto yang mereka ambil berdasarkan cerita yang mereka ajukan dalam proposal photo story. Dalam Kelas Ketiga: Developing Photo Story, foto-foto tersebut dimasukkan ke dalam mind map yang mereka buat berdasarkan gagasan terkait cerita masing-masing. Dalam pembuatan mind map, peserta menjabarkan hal-hal yang mereka ketahui tentang topik yang akan mereka ceritakan. Dalam penyusunan mind map, mentor dan co-mentor membantu peserta 'memetakan' gagasan mereka melalui diskusi.

Edy Purnomo menutup kelas dengan

"Gagasan sudah dimiliki, sekarang tugasnya bagaimana memasukkan gagasan itu masuk ke indra kita. Fotografi tidak hanya mata tapi semua indra (menghadirkan rasa)"

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Kelas 2: Introduction to Photo Story

00_low (02)

Jakarta, 14 Desember 2018. Edy Purnomo membuka kelas kedua: Understanding Photo Strory, program Permata PhotoJournalist Grant 2018 dengan pertanyaan: Apa yang diharapkan dari materi Understanding Photo Story? kemudian Ia meminta para peserta untuk menuliskannya di atas selembar kertas dan menempelkannya di dinding ruangan. Dari beragam jawaban, yang paling banyak muncul adalah peserta mengharapkan untuk lebih memahami sequencing, editing, bagaimana membaca foto, dan cara pandang (perspektif) untuk memaknai sebuahfoto / photo story.

Kemudian Edy Purnomo memberikan tugas kelompok, masing-masing kelompok memilih dan mendiskusikan dalam kelompoknya photo story yang menurut mereka paling menarik dalam buku foto The Joop Swart Masterclass (World Press Photo) dan mempresentasikan pilihan kelompoknya beserta alasan mengapa photo story tersebut menarik menurut mereka. Melalui latihan ini peserta mendapatkan pengalaman untuk bersama memahami photo story yang mereka lihat melalui diskusi dalam kelompok, tidak sekedar melihat rangkaian fotonya sambil lalu.

"Untuk mengasah perspektif, yang saya lakukan adalah (1) membaca dan (2) jangan sepelekan hal-hal yang sederhana yang ada di sekitar kita. Yang juga penting: selalu miliki pertanyaan di kepala, selalu skeptis dan memiliki rasa penasaran terhadap sesuatu,"

jawab Edy Purnomo atas pertanyaan bagaimana mengasah perspektif yang diajukan oleh Denty (Pewarta Kompas).

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Kelas Pertama: Orientasi Program dan Pengenalan Tema Diversity

00_low (01)

Atas Kiri-Kanan: Ajeng Dinar Ulfiana (Katadata.co.id, Jakarta), Aprillio Abdullah Akbar (Antara Foto, Jakarta), Denty Piawai Nastitie (Kompas, Jakarta)
Baris 2 Kiri-Kanan: Bayu Eka Novanta (Freelance, Malang), Hendra Eka (Jawa Pos, Jakarta)
Baris 3 Kiri-Kanan: Willy Kurniawan (Freelance & Internship di Reuters, Jakarta), Putra Muhamad Akbar (Republika, Jakarta)
Bawah Kiri-Kanan: Helmi Afandi Abdullah (Kumparan.com, Jakarta), Muhammad Hidayat (TEMPO, Jakarta), Albertus Vembrianto (Freelance, Timika)

Bersamaan dengan pembukaan dan peresmian program Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2018 pada Selasa 11 Desember 2018, sesi dilanjutkan dengan orientasi program oleh Kepala Sekolah PPG, Ng Swan Ti (PannaFoto Institute) dan kelas pertama dengan materi pengenalan tema Diversity oleh Edy Purnomo. Selanjutnya, masing-masing peserta mempresentasikan proposal photo story yang akan mereka kerjakan selama program PPG 2018 ini. Di akhir kelas, kesepuluh peserta dibagi menjadi dua kelompok, dimana masing-masing kelompok akan menerima bimbingan selama penyusunan photo story dari co-mentor; Rosa Panggabean dan Yoppy Pieter.

Kelompok 1 (co-mentor Yoppy Pieter): Ajeng Dinar Ulfiana, Albertus Vembrianto, Aprillio Abdullah Akbar, Hendra Eka, Putra M. Akbar
Kelompok 2 (co-mentor Rosa Panggabean): Bayu Eka Novanta, Denty Piawai Nastitie, Helmi Afandi Abdullah, Muhammad Hidayat, Willy Kurniawan

Selanjutnya para peserta akan mengikuti rangkaian kelas yang akan dilaksanakan setiap hari Selasa dan Jumat di PermataBank hingga 1 Februari 2019.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Pembukaan Permata PhotoJournalist Grant 2018

PPG 2018 - Pembukaan & Kelas 1a_low

Program Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2018 resmi berlangsung sejak Selasa, 11 Desember 2018. Pembukaan program yang tahun ini mengusung tema "Diversity" ini diresmikan oleh Ibu Richele Maramis (Head of Corporate Affairs PermataBank), pembukaan juga dihadiri oleh Ibu Joyce Nijssen (Manager Erasmus Huis) dan Bapak Wilson Gunawan (Managing Director Leica Store Indonesia).

Dalam sambutannya, Ibu Richele Maramis menyampaikan selamat atas terpilihnya para peserta serta mengungkapkan antusiasme terhadap kelas yang akan berjalan hingga Februari mendatang ini. Sementara Ibu Joyce Nijssen, dalam sambutannya mengutarakan pemikirannya tentang tema "Diversity" yang diusung tahun ini. Ibu Joyce menyatakan, "We realize that this theme is not a very easy one but we are convinced that in Indonesia of today the concept of diversity is inspiring and will lead to great stories. I sincerely hope that your pictures will probably tell more than a thousand words. They will give us insight in your interpretation of the concept of diversity and I'm pretty much looking forward to seeing your works."

"Kami menyadari bahwa tema ini bukan tema yang mudah tetapi kami yakin, dengan banyaknya hal yang terjadi di Indonesia saat ini, konsep keberagaman dapat menginspirasi dan mengarahkan pada photo story yang hebat. Saya sangat berharap foto kalian akan dapat menceritakan lebih dari seribu kata, serta memberikan wawasan atas penafsiran kalian tentang konsep Diversity ini. Saya sangat menantikan karya kalian".

Setelah sambutan, peserta mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri sekaligus memberikan presentasi portfolio yang membawa mereka menjadi salah satu penerima dalam program ini. Apabila pada tahun 2016 dan 2017, program PPG menerima 8 peserta untuk mengikuti pelatihan, pada tahun ini, program kembali memberikan pelatihan dan grant kepada 10 orang pewarta foto dan pewarta foto lepas. Materi pembuatan photo story dan materi pendukung lainnya akan diberikan oleh mentor-mentor; Edy Purnomo, Rosa Panggabean, Yoppy Pieter, Yusi Avianto Pareanmo, Sasa Kralj, dan Jenny Smets dalam sesi kelas yang akan berlangsung sebanyak 12 sesi hingga 1 Februari 2019.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


PENERIMA PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT (PPG) 2018

Pengumuman Penerima PPG 2018_FINAL

Kami mengucapkan terima kasih atas antusiasme dan keseriusan Rekan-rekan pewarta foto dalam mengirimkan aplikasi PPG 2018, rangkaian program PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT 2018 – ERASMUS HUIS FELLOWSHIP TO AMSTERDAM 2019. Program pertama di Indonesia yang didedikasikan bagi pengembangan pewarta foto muda Indonesia, didukung oleh PermataBank dan Erasmus Huis bekerja sama dengan PannaFoto Institute.

Hingga batas akhir pendaftaran hari Senin, 26 November 2018 pukul 20.00 WIB, kami menerima 38 aplikasi yang memenuhi ketentuan dan kriteria administrasi untuk diseleksi.

Selanjutnya dilakukan proses pemilihan oleh Tim Seleksi, yaitu:

  1. Hariyanto (Media Indonesia)
  2. Yoppy Pieter (Arka Project, Alumni PPG 2011)

Tim Seleksi menilai aplikasi dengan mempertimbangkan:

  1. Portfolio (keberagaman visual storytelling/cara bertutur secara visual, tema, cerita pendamping).
  2. Proposal.
  3. Motivasi mengembangkan diri dibidang jurnalisme foto.
  4. Komitmen untuk mengikuti program.
  5. Mendukung pengembangan dan kemajuan para pewarta foto di luar Jakarta dan fotografer perempuan.

Berdasarkan keputusan Tim Seleksi, penerima PPG 2018 adalah sebagai berikut:

  1. Ajeng Dinar Ulfiana – Katadata.co.id, Jakarta
  2. Albertus Vembrianto – Freelance, Timika
  3. Aprillio Abdullah Akbar – ANTARA Foto, Jakarta
  4. Bayu Eka Novanta – Freelance, Malang
  5. Denty Piawai Nastitie – KOMPAS, Jakarta
  6. Helmi Afandi Abdullah – Kumparan.com, Jakarta
  7. Hendra Eka – Jawa Pos, Jakarta
  8. Muhammad Hidayat – TEMPO, Jakarta
  9. Putra Muhamad Akbar – Republika, Jakarta
  10. Willy Kurniawan – Freelance & Internship di Reuters, Jakarta

SELAMAT kepada 10 peserta PPG 2018! Mohon maaf kepada Rekan-rekan yang belum terpilih mengikuti PPG tahun ini.

Apresiasi dan ucapan TERIMA KASIH kami sampaikan kepada Rekan-rekan pewarta foto yang telah mengirimkan aplikasi, berpartisipasi dan mendukung program ini.

Semoga program ini dapat terus bergulir secara berkesinambungan dan turut berkontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas Pewarta Foto di Indonesia. Tetap Semangat, Berkarya, dan Bekerja !!!

Salam hangat,
Panitia PPG 2018


PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT 2018 | Pendaftaran Diperpanjang 26 Nov 2018, pukul 20:00 WIB

PannaFoto---Poster-A3-WEB

Teman-teman Pewarta Foto yang baik,

Dengan ini kami ingin memberitahukan bahwa batas waktu pengiriman aplikasi Permata PhotoJournalist Grant (PPG) 2018, yang semula berakhir hari Sabtu, 24 November 2018, pukul 20.00 WIB diperpanjang hingga hari Senin, 26 November 2018, pukul 20.00 WIB.

Semoga perpanjangan ini dapat memberikan kesempatan bagi teman-teman untuk mendapatkan inspirasi dan kreativitas dalam mempersiapkan portoflio dan menuangkan ide photo story dalam sebuah proposal.

Pengumuman hasil seleksi akan dilakukan pada hari Senin, 3 Desember 2018. Kelas akan dimulai hari Selasa, 11 Desember 2018.

Jika ada hal-hal yang ingin ditanyakan, dapat menghubungi Lisna (0852 1556 5835) atau mengirim email ke lisna@pannafoto.org

Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian, kerjasama dan semangat teman-teman Pewarta Foto untuk senantiasa memberikan dukungan pada program ini.

Hormat kami,

Panitia PPG 2018

Formulir Pendaftaran_PPG 2018_FINAL

Informasi dan Ketentuan Program-PPG 2018_FINAL


PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT 2018 | Pendaftaran Ditutup 24 Nov 2018 pukul 20.00 WIB

PPG 2018_Landscape A3_low

PERMATABANK dan ERASMUS HUIS mempersembahkan

PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT 2018

  • Program pelatihan dan grant yang didedikasikan untuk mengembangkan kualitas pewarta foto di Indonesia.
  • Terbuka bagi 10 (sepuluh) pewarta foto dan pewarta foto lepas di Indonesia berusia maksimum 38 tahun, bekerja aktif di media cetak dan media online.
  • Mentor dari PannaFoto Institute dan Alumni PPG, Kroasia (Sasa Kralj), Belanda (Jenny Smets/Director of Photography majalah Vrij Nederland).
  • 1 (satu) kamera Leica Typ TL & Lensa 18mm untuk karya terbaik PPG 2018

Pendaftaran ditutup
24 November 2018 pukul 20.00 WIB

Tema
DIVERSITY

Pengiriman Aplikasi
Formulir pendaftaran, CV, pas foto bentuk digital, proposal photo story bertema DIVERSITY, dan portfolio dikirim ke info@pannafoto.org

Anda dapat mengikuti PERMATA PHOTOJOURNALIST GRANT (PPG) 2018 sesuai dengan ketentuan dan pendaftaran, yang terdapat pada informasi dalam dokumen terlampir di bawah ini.

Informasi dan Pendaftaran
www. permata-photojournalistgrant.org
CP : Lisna (0852 1556 5835) – Email : lisna@pannafoto.org

 

Formulir Pendaftaran_PPG 2018_FINAL

Informasi dan Ketentuan Program-PPG 2018_FINAL


Meningkatkan Keterampilan Storytelling di Alumni Gathering

alumni gathering - Ayo Mendongeng_

Apabila pada Alumni Gathering pertama dan kedua kami mengundang alumni, tim mentor, dan Kepala Sekolah PPG untuk memberikan presentasi proyek foto terbaru mereka, pada Alumni Gathering ketiga ini kami mengundang Ariyo Zidni (Ayo Dongeng Indonesia) untuk menyampaikan materi meningkatkan keterampilan storytelling. Alumni Gathering kali ini dihadiri juga oleh Ibu Richele Maramis (Head Corporate Affairs PermataBank), Bapak Michael Rauner (Director Erasmus Huis), dan Bapak Wilson Gunawan (Managing Director Leica Store Indonesia).

Ariyo atau yang akrab disapa Kak Aio menyampaikan bagaimana dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan saat bercerita (storytelling) atau mempresentasikan foto-foto, antara lain: 1) Objectives tujuan foto itu diambil dan apa yang fotografer ingin sampaikan melalui foto tersebut. 2) Engagements, antara fotografer sebagai storyteller dengan audiens, fotografer dengan foto, dan foto dengan audiens. Engagement dapat dibangun melalui penguasaan materi/objectives, suara, ekspresi, dan gestur saat menyampaikan presentasi foto. Di akhir presentasi, kak Aio mengingatkan untuk melatih mental dan tingkat percaya diri, dengan cara berlatih.

“Bercerita itu, kita menciptakan pengalaman bersama melalui rasa” – Ariyo Zidni.


Ariyo Faridh Zidni adalah pendongeng, penulis, storycoach sekaligus founder Ayo Dogeng Indonesia, sebuah gerakan mendongeng untuk anak Indonesia. Bersama Ayo Dongeng Indonesia, Ia menggagas Festival Dongeng Indonesia.

(Lisna Dwi Astuti / Foto: Agoes Rudianto)


Diskusi Karya Foto CHANGE di BXc Mall

pameran CHANGE bintaro1

Setelah berlangsung di Erasmus Huis selama satu bulan, karya-karya foto bertema CHANGE yang merupakan hasil akhir workshop Permata PhotoJournalist Grant 2017 kembali dipamerkan di Bintaro Jaya Xchange Mall dari tanggal 1-13 Mei 2018. Sebagai rangkaian pameran, diadakan diskusi karya foto bersama 2 perwakilan penerima Permata PhotoJournalist Grant 2017 pada Rabu, 9 Mei 2018 di Wifi Corner, BXc Mall.

Dalam diskusi karya ini, selain dua fotografer yang mewakili penerima grant lainnya, kami turut mengundang Yoppy Pieter (Fotografer, alumni PPG 2011) untuk memberikan presentasi tentang photo story. Dalam presentasinya, Yoppy memaparkan pengertian sekaligus memberikan contoh photo story. Setelahnya, secara bergantian Rahmad Azhar Hutomo dan Muhammad "Cumi" Adimaja memberikan presentasi karya mereka yang pada saat itu tengah dipamerkan di Main Atrium BXc Mall. Azhar mempresentasikan photo story-nya yang berjudul Cermin Tanaka, sedangkan Cumi mempresentasikan karyanya yang berjudul Dirty For Glory, mereka memaparkan cerita yang ingin mereka sampaikan melalui rangkaian foto tersebut.

Diskusi kemudian berlanjut ke sesi tanya-jawab, dalam kesempatan ini Azhar dan Cumi menceritakan hal-hal menarik yang terjadi selama penyusunan photo story mereka dan juga hal-hal yang mereka dapatkan dari mengikuti program Permata PhotoJournalist Grant 2017.

“Pertama kali belajar fotografi, yang saya kejar adalah visual, pada saat itu saya berpikir bahwa foto bagus sudah cukup. Tapi setelah mengikuti program ini saya sadar selain visual, konten sangat penting, penting untuk tahu apa yang ingin disampaikan dan bagaimana menyampaikannya menggunakan visual yang baik” – Rahmad Azhar Hutomo.

“Saya belajar bagaimana bercerita ke orang lain dengan lebih jelas, lebih tegas atas photo story yang dibuat. Karena dalam penyusunannya menggunakan riset, jadi lebih mengenal story-nya. Hal lain yang saya dapat dari program ini adalah bagaimana membangun trust dengan narasumber, terlebih story yang saya buat adalah kegiatan ilegal. Selama proses saya menyadari, setelah trust terbangun, eksekusi/pemotretan menjadi lebih mudah dan leluasa. Ya walau proses untuk membangun trust tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar” – Muhammad Adimaja.

(Lisna Dwi A.)