10 Peserta Permata Youth Photostory (PYP) 2022: JOURNEY
Juni 9, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Congratulations! Kami ucapkan selamat bergabung dalam Permata Youth Photostory (PYP) 2022: JOURNEY kepada 10 Fotografer Muda.
-
-
- Alfian Romli, Mataram - Universitas Mataram & HIMIKOM UNRAM
- Audrey Kayla Fachruddin, Jakarta - Universitas Katolik Parahyangan & POTRET UNPAR Bandung
- Bahiroh Adilah, Jember - Fotografer Lepas
- Febby Andriyani, Banda Aceh - Universitas Syiah Kuala & Pers DETaK USK
- Griselda Mahissa, Jakarta - Universitas Padjadjaran Bandung
- Kintani Khairunnisa, Brebes - Politeknik Harapan Bersama Tegal
- Kurnia Ngayuga Wibowo, Cirebon - Fotografer Lepas & ISP Jawa Barat
- Reza Saifullah, Bogor - Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
- Vickram Sombu, Kupang - Universitas Nusa Cendana & Komunitas Film Kupang
- Zamzami Mutamim, Jakarta - Univ. Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA & I-Fotografi UHAMKA
-
Tim Seleksi Abriansyah Liberto (Pewarta Foto Tribun Sumsel & Pemenang World Press Photo 2022 South East Asia & Oceania, Long-Term Project), Muhammad Fadli (Fotografer & Editor Foto), dan Ng Swan Ti (Managing Director PannaFoto Institute) menyaring 133 aplikasi yang masuk. Berkaitan dengan proses seleksi, para juri memberi catatan:
"Antusiasme para pendaftar workshop PYP tahun pertama ini sangat tinggi terlihat dari jumlah aplikasi yang masuk. Dalam mengikuti program seperti ini, saya menyarankan fotografer muda menyiapkan portfolio dengan beragam cerita sehingga lebih menarik." - Abriansyah Liberto
"Dalam melakukan seleksi peserta untuk workshop, saya tidak selalu memilih kandidat dengan karya yang sudah ‘jadi’. Ada satu dua portfolio yang kelihatannya tidak matang, tetapi mempunyai daya tarik tertentu. Tantangan menjadi tim seleksi adalah menemukan kandidat yang potensial berkembang, mereka yang sekiranya akan mendapatkan manfaat jika terpilih mengikuti program atau workshop tersebut." - Ng Swan Ti
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua Fotografer Muda yang telah mendaftarkan diri. Tetap semangat berkarya, untuk kembali mencoba tahun depan bagi yang belum terpilih.
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.
Pameran Foto Permata Photojournalist Grant XI COURAGE
Merayakan dekade kedua dalam kolaborasi, PermataBank dan PannaFoto Institute meluncurkan edisi ke-11 Permata Photojournalist Grant (PPG XI), bertema COURAGE. Tema ini melambangkan fase baru dalam perjalanan PPG, namun juga mewakili semangat yang kami harap dapat kita miliki dalam menjalani kehidupan, serta bangkit kembali dari kesulitan.
Kesepuluh peserta PPG XI diseleksi oleh Edy Purnomo (Fotografer dan Mentor PPG) dan Edwin Putranto (Editor Foto Republika). Mereka mengembangkan foto cerita mereka dalam bimbingan para mentor, yang memfasilitasi mereka selama hampir tiga bulan antara Februari hingga April 2022. Mentor PannaFoto dan alumni PPG yang membimbing para peserta adalah Edy Purnomo, Rosa Panggabean, Yoppy Pieter, dan Saša Kralj. Para peserta juga berkesempatan mengikuti sesi kelas bersama dua mentor tamu, Budi Setiyono dan Jenny Smets.
Kesepuluh penerima PPG XI adalah:
- Ahmad Tri Hawaari | Pos Kota - Jakarta
- Andri Saputra | Harian Rakyat Sulsel - Makassar
- Andry Denisah | Pewarta Foto Lepas - Kendari
- Bhagavad Sambadha | Tirto.id - Jakarta
- Felix Jody Kinarwan | Kontributor Project Multatuli - Banten
- Feny Selly Pratiwi | ANTARA Foto - Palembang
- Iqbal Firdaus | kumparan.com - Bekasi
- Kavin Faza | Ayobandung.com - Bandung
- Muhammad Zaenuddin | katadata.co.id - Jakarta
- Virliya Putricantika | Bandungbergerak.id - Bandung
14 Juni – 8 Juli 2022
Pukul 08.00 – 20.00 WIB
WTC 2, Lobby Area,
Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31, Jakarta Selatan
Terbuka untuk umum
Webinar PYP: Merekam Imaji dalam Musik
Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri Webinar Fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.
Kamis (02/06/2022), tiga fotografer membagikan pengalaman mereka merekam spektrum musik Indonesia. Tidak terbatas pada memotret aksi panggung sebuah grup musik, mereka berupaya mendokumentasikan musisi dan kehidupan mereka dalam foto-foto dan arsip tentang musik.
Andre Sebastian (VP, Head of External Communications) memberi sambutan dengan memberi semangat untuk fotografer muda dari semua kalangan agar mengikuti semua sesi webinar gratis. Beliau juga mengingatkan audiens untuk mengikuti akun instagram Permata Photojournalist Grant (PPG) yang baru saja diaktifkan.
Kurnia Yaumil Fajar memulai diskusi dengan memperkenalkan ketiga panelis. Pembicara pertama adalah Malahayati, fotografer dokumenter dan komersial yang tinggal di Jakarta, sekaligus co-founder Women Photograph Indonesia. Panelis kedua adalah Aziziah Diah Aprilya, fotografer lepas bertempat tinggal di Makassar. Ia belajar dan bekerja bersama Tanahindie, institusi riset perkotaan, dan Yayasan Makassar Biennale. Panelis ketiga adalah Gevi Noviyanti, fotografer asal Cirebon, lulusan studi Etnomusikologi ISI Yogyakarta dan salah satu pengurus Kelas Pagi Yogyakarta.
Gevi Noviyanti berbagi tentang pengalamannya sebagai fotografer musik. “Dengan perkembangan teknologi, saat ini penonton secara aktif ikut mendokumentasikan pertunjukan musik di atas panggung,” ujarnya. Ia tak hanya memotret aksi pemusik, namun juga kerap membidik pengalaman penonton saat mengambil gambar atau merekam musisi idola mereka. Tantangan seorang fotografer musik adalah mampu menangkap suasana pertunjukan secara keseluruhan; aksi musisi di atas panggung, interaksi musisi dan penonton, keunikan riders musisi, kesibukan staff di belakang panggung, hingga aksi drummer yang biasanya duduk di area paling belakang.
“Seringkali setelah mendapatkan foto-foto ‘aman’, fotografer jadi punya kesempatan untuk bereksperimen dengan gaya visual sesuai keinginan mereka”, ungkap Malahayati. Tak hanya foto-foto aksi panggung musisi, ada berbagai insiden di belakang panggung yang Malahayati sempat dokumentasikan. Sayangnya, ia menyimpan foto-foto itu di compact disc (CD) yang saat ini tidak bisa lagi diakses karena rusak. Merefleksikan hal tersebut, teknik pengarsipan musik menjadi sangat penting.
Pengarsipan visual dapat menjadi referensi bagi musisi atau siapapun yang tertarik dengan musik. “Pendokumentasian musik di Indonesia itu penting sekali, sebab ternyata banyak sekali peristiwa musik yang luput kita catat”, ucap Aziziah atau yang akrab dipanggil Zizi. Ia dan Tanahindie fokus meneliti isu-isu urban di wilayah Indonesia Timur. Di 2019 mereka mengerjakan film dokumenter tentang 100 tahun musik populer di Makassar berjudul “Bunyi Kota”. Dari proyek itu Zizi tersadar jika musik bukan hanya sekadar nada, irama, lirik lagu, atau pemanggungan. Ternyata dari cover album, distribusi kaset/CD, peran komunitas musik hingga situasi politik saat itu penting untuk diarsipkan.
Menggunakan fotografi, Zizi mengarsipkan sejarah kota lewat pertumbuhan musik. Ia berharap foto-foto/arsip ini dapat menjadi pintu masuk yang menyenangkan untuk membicarakan perkembangan musik di Makassar atau kota-kota lain. Melalui arsip tersebut, non-musisi atau orang yang aktif di skena musik dapat mengetahui perkembangan kotanya. “Saya juga merasa arsip ini dapat hidup kembali dalam bentuk yang lain”, imbuh Zizi. Gagasan itu ia nyalakan lewat pameran arsip budaya pop 80-an bertajuk ‘Kawula Ria’.
Saat berproses pengerjaan Kawula Ria, Zizi bertemu dengan musisi/fotografer/mantan penyiar radio di era 70-an bernama Opa Ferial. Tak hanya memotret acara pernikahan, Opa Ferial ternyata tekun mengarsipkan foto-foto bioskop tua di Makassar. “Orang seperti Opa Ferial– orang yang sadar akan pendokumentasian dan arsip, harus ada banyak. Bagi saya ini bisa menjadi salah satu bagian dari pencatatan sejarah. Buku sejarah di sekolah hanya menceritakan pahlawan dan peristiwa besar. Sedangkan membaca sejarah dari fragmen budaya pop ternyata menyenangkan dan penting. Bukan saja untuk menghindari narasi tunggal, tapi juga untuk melihat bahwa di satu masa ada banyak sekali hal yang terjadi dan saling mempengaruhi ”, tutup Zizi.
Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.
Webinar: Keluar Tumbuh Liar
Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.
Selasa (24/05/2022), pendiri komunitas fotografi Kelas Pagi, Anton Ismael, berbagi mengenai filosofi pendidikan khususnya di dunia fotografi yang ia percayai dan lakukan sebagai insan kreatif. Dengan berani, Anton menerobos pakem dan tradisi dalam kekaryaan demi menemukan suatu kreativitas baru.
Andre Sebastian (VP, Head of External Communications) membuka sesi webinar dengan berharap para fotografer muda untuk mengikuti semua sesi webinar dan mendaftarkan diri ke PYP 2022 agar mendapat sesi pelatihan yang lebih intensif.
“Keluar Tumbuh Liar” bermula dari nama salah satu karya foto seputar rumah oleh Anton Ismael. Saat bekerja sebagai fotografer komersial di Third Eye Space, Anton tidak hanya menekan tombol rana dan mengarahkan model, ia juga kerap merefleksikan cerita kehidupan orang-orang yang ia temui. Hingga akhirnya di satu titik, ia merasa kesal dengan sistem pendidikan dan bertekad untuk membuat sebuah institusi pendidikan dengan sistem yang ia sukai. Kelas Pagi Jakarta lahir dengan support sistem bentukan Anton Ismael. “Kelas Pagi sebenarnya bukan sekolah fotografi tapi institusi mental. Karena menurut saya, fotografi mencerminkan pola pikir kita”, ujar Anton Ismael. Salah satu pengembangan karakter yang dilakukan siswa Kelas Pagi Jakarta adalah berani mempresentasikan karya mereka di atas KRL. Dengan menyadari pola pikir kita, kita bisa menyadari kelemahan dan kekuatan kita. Kelas Pagi tidak hanya hadir di Jakarta, tapi juga di Yogyakarta, Kediri dan Papua.
“Keluar Tumbuh Liar” belajar dari melihat dan berdiskusi bersama teman-teman dari Kelas Pagi dengan banyak latar belakang. “Keluar Tumbuh Liar” adalah refleksi Anton Ismael terhadap kehidupan domestiknya dan sebuah usaha untuk mendobrak batasan nilai/norma keluarga.
Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.
Seri Webinar Fotografi | Karierku, Pilihanku
Mei 23, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Kamis, 9 Juni 2022 | 16.00 - 17.30 WIB
Pembicara: Ajeng Dinar, Thoudy Badai Rifanbillah
Host: Fernando Randy
Daftar via bit.ly/WEBINAR6PYP2022
Dua alumni Permata Photojournalist Grant berbicara mengenai suka duka dibalik penciptaan karya-karya foto jurnalistik yang disajikan untuk publik. Mereka akan membagikan bagaimana menempuh jalur karier sejak mereka mengenal fotografi hingga menjadi pewarta foto.
Ajeng Dinar Ulfiana lulus dari studi sarjana Sains Komunikasi. Ia memulai karier di dunia fotografi sebagai pewarta foto di Katadata.co.id (2018), kemudian bekerja di kantor berita Reuters (2019-2022). Ia mempelajari jurnalisme foto di Creative Forum (2014), kemudian mendalami proses membuat cerita foto di STEP Aqua (2015) dan PannaFoto Institute Mentorship (2016). Ia pernah memenangkan Anugerah Pewarta Foto Indonesia (2017), dan terpilih menjadi salah satu peserta Permata Photojournalist Grant (2018).
Fernando Randy adalah seorang alumni Permata Photojournalist Grant (2012). Di tahun yang sama, ia terpilih mengikuti lokakarya bersama fotografer senior asal Inggris, Martin Parr. Dalam kerja sama dengan beberapa fotografer, ia telah menerbitkan dua buku foto berjudul Repertoar dan Atmosphere. Fernando berpengalaman sebagai pembicara mengenai street dan sport photography di berbagai kampus.
Thoudy Badai Rifanbillah adalah seorang pewarta foto di media Republika. Ia mengenal dunia fotografi saat kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung dan bergabung bersama komunitas foto Photo's Speak. Ia mengawali karier sebagai pewarta foto pada tahun 2019 di Harian Republika dengan desk peliputan mengenai isu sosial budaya, metropolitan, dan nasional. Ia pernah mengikuti Workshop XL Axiata Photojournalist Mentorship (2020), juga berpartisipasi sebagai pameris di Solo Photo Festival (2020). Di tahun yang sama, ia terpilih menjadi salah satu peserta Permata Photojournalist Grant.
Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.

Seri Webinar Fotografi | Merekam Imaji dalam Musik
Mei 23, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Kamis, 2 Juni 2022 | 16.00 - 17.30 WIB
Pembicara: Aziziah Diah Aprilya, Gevi Noviyanti, Malahayati (Teman Women Photograph Indonesia)
Host: Kurnia Yaumil Fajar
Daftar via bit.ly/WEBINAR5PYP2022
Tiga fotografer membagikan pengalaman mereka merekam spektrum musik Indonesia. Tidak terbatas pada memotret aksi panggung sebuah grup musik, mereka berupaya mendokumentasikan musisi dan kehidupan mereka dalam foto-foto dan arsip tentang musik.
Aziziah Diah Aprilya adalah seorang fotografer lepas. Zizi juga belajar dan bekerja bersama Tanahindie, institusi riset perkotaan, dan Yayasan Makassar Biennale. Ia berperan sebagai Asisten Kurator untuk Makassar Biennale (2021) dan Kurator untuk ‘Kawula Ria’, pameran arsip era 80-an (2022).
Gevi Noviyanti adalah fotografer asal Cirebon yang lulus dari studi Etnomusikologi. Later belakang pendidikannya banyak memengaruhi praktik fotografinya. Proyek personalnya berfokus pada seni dan budaya dalam lensa gender dan kelompok rentan. Ia juga merupakan pengurus Kelas Pagi Yogyakarta.
Kurnia Yaumil Fajar lahir pada 1996 di Jakarta. Kariernya dalam budaya visual berfokus pada praktik publikasi, kurasi, dan menulis. Pada 2018, ia bersama empat kolega memulai SOKONG! (sokongpublish.com), sebuah publikasi fotografi yang berdedikasi memberikan wadah untuk praktisi fotografi muda.
Malahayati adalah fotografer dokumenter dan komersial yang tinggal di Jakarta. Karya fotonya pernah dimuat di berbagai media, termasuk Tempo, National Geographic Inodnesia, dan Asian Geo. Ia pernah berpameran tunggal di Instituto Italiano di Cultura, Jakarta pada 2008, juga berpartisipasi dalam beberapa pameran kelompok, termasuk di Jakopič Gallery, Ljubljana, Slovenia (2020) dan Photo Demos di Jakarta International Photo Festival (JIPFest, 2021). Ia menjabat ketua Women Photograph Indonesia.
Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.

Webinar PYP: Haze
Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.
Kamis (19/03/2022) seri webinar ketiga, dipandu oleh Mamuk Ismantoro (fotografer dokumenter), fotografer Abriansyah Liberto bercerita mengenai proses pengerjaan proyek foto dokumenternya yang berjudul Haze, mengenai fenomena kebakaran hutan dan dampaknya pada masyarakat Sumatra Selatan. Karya ini memenangkan World Press 2022 Photo Contest kategori Long-Term Projects di area Asia Tenggara dan Oseania.
Andre Sebastian (VP, Head of External Communications) membuka sesi webinar dengan mengungkapkan kegembiraannya terhadap antusiasme penikmat fotografi muda dan apresiasinya pada Abriansyah Liberto, alumnus Permata Photojournalist Grant (PPG) yang memenangkan World Press 2022 Photo Contest.
Abriansyah Liberto memulai karier sebagai pewarta foto pada 2009. Lulusan Universitas Sriwijaya Jurusan Teknik Elektro ini memiliki ketertarikan terhadap isu sosial dan lingkungan. Ia kini bekerja di media Tribun Sumsel. Ia pernah memenangkan beberapa penghargaan fotografi, termasuk Adinegoro Award (2015) dan Anugerah Pewarta Foto Indonesia (2018).
Abriansyah Liberto, atau yang kerap disapa Berto, mulai mengerjakan proyek foto Haze karena kegelisahan pribadi pada 2015 saat Palembang dilanda kabut asap selama berbulan-bulan. Keresahannya semakin kuat ketika anak keduanya lahir saat kabut asap yang pekat menyelimuti kota Palembang. Akhirnya ia membuat cerita foto sebagai bentuk kritik konstruktif pada pemerintah.
Haze disajikan dengan pendekatan foto hitam putih karena Berto ingin menggugah rasa simpati dan empati yang dirasakan saat terjadi bencana kabut asap. Foto hitam putih tidak sekadar foto monokrom, namun memiliki serangkaian skala abu-abu yang menghasilkan spektrum hitam dan putih. Proses editing hitam putih memerlukan ketelitian untuk benar-benar melihat gelap terang dari sebuah foto.
Berto lalu menjelaskan satu persatu cerita dibalik setiap foto di rangkaian cerita foto Haze. Ia juga membagikan pengalamannya saat bertandang ke Amsterdam dalam rangka mengikuti acara dan pameran foto World Press 2022.
Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.
Webinar PYP: Fotografi dan Masyarakat
Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.
Rabu (18/03/2022) seri webinar kedua diisi oleh beberapa anggota kolektif Arkademy dengan topik “Fotografi dan Masyarakat” yang dipandu oleh Arif Furqan (pengajar dan peneliti) dan panelis; Ben Laksana, Kurniadi Widodo, Rara Sekar. Arkademy adalah kolektif fotografi yang berfokus pada pendidikan fotografi dengan pendekatan kritis, reflektif dan lintas disiplin. Anggota kolektif memiliki beragam latar belakang profesi: fotografer dokumenter, edukator, peneliti, dan kurator. Mereka tertarik untuk mendalami fotografi sebagai medium untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat, peran dan pengaruh fotografi dalam masyarakat serta relasi fotografi dan/atau fotografer dengan masyarakat.
Andre Sebastian (VP, Head of External Communications) membuka sesi webinar dengan menyampaikan aspirasi Permata Bank untuk memperluas jangkauan pendidikan fotografi ke generasi yang lebih muda. Selanjutnya, dalam sesi ini, panelis akan mengurai hubungan fotografi dengan masyarakat melalui studi referensi sejarah visual fotografi dan memahami peran fotografi sebagai pengetahuan di masyarakat menggunakan kerangka berpikir sosial-budaya.
Rara Sekar membuka sesi presentasi dengan pertanyaan, bagaimana hubungan fotografi dan masyarakat penting untuk dipahami? Ia lalu menyinggung perkembangan teknologi kamera yang sangat demokratis karena setiap orang memiliki akses terhadap kepemilikan kamera. Didukung dengan perkembangan media sosial, masyarakat Indonesia semakin menjadi masyarakat visual. Ben Laksana kemudian mengurai secara singkat peran fotografi sebagai medium pengetahuan dan alat komunikasi yang tidak netral. Ada konteks sudut pandang/keberpihakan fotografer, lingkungan, sosial, politik, budaya, ekonomi, dll yang menambah ketidaknetralan sebuah foto. Persepsi masyarakat akan ‘kebenaran’ dan ‘keindahan’ turut dipengaruhi oleh fotografi sebagai medium visual.
Fotografi, secara sadar atau tidak sadar, telah membentuk dan/atau mengubah banyak hal di sekitar kita; apa yang kita inginkan, membentuk siapa diri kita, kemana kita ingin pergi dan apa yang kita ingin lakukan di tempat yang kita kunjungi, membentuk apa yang kita ingat (bahkan ingatan yang tidak kita alami), juga apa yang kita anggap baik dan/atau buruk. “Fotografi memang akhirnya menjadi bagian yg sangat penting dalam mengaktualisasikan diri kita, secara personal maupun profesional”, terang Rara Sekar.
Selanjutnya, Kurniadi Widodo memaparkan contoh foto dan proyek foto cerita tentang hal-hal yang kita bicarakan (dan tidak) ketika kita membicarakan fotografi. Dari pemaparan tersebut, semakin jelas jika untuk dapat memahami fotografi dengan lebih reflektif dan kritis, diperlukan pengetahuan non-fotografis. Singkatnya, selain pemahaman akan fotografi dalam menciptakan maupun membaca karya, dibutuhkan pengetahuan, pendekatan dan pengalaman historis, kultural dan politis – lintas disiplin, untuk mempertajam baik pengkaryaan maupun pembacaan atas foto.
Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.
Seri Webinar Fotografi | Keluar Tumbuh Liar
Mei 18, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Selasa, 24 Mei 2022 | 16.00 - 17.30 WIB
Pembicara: Anton Ismael (Kelas Pagi)
Host: Ng Swan Ti
Daftar via bit.ly/WEBINAR4PYP2022
Pendiri komunitas fotografi Kelas Pagi, Anton Ismael, akan berbagi mengenai filosofi pendidikan khususnya di dunia fotografi yang ia percayai dan lakukan sebagai insan kreatif. Dengan berani, Anton menerobos pakem dan tradisi dalam kekaryaan demi menemukan suatu kreativitas baru.
Anton Ismael adalah pendiri komunitas fotografi Kelas Pagi dan Creative Director di studio kreatif yang berkecimpung di dunia komersial, Third Eye Space. Ia memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia fotografi, dan lebih dari 10 tahun sebagai pengajar.
Ng Swan Ti, Managing Director PannaFoto Institute, merintis kariernya sebagai fotografer pada 2002. Karya-karyanya pernah dipamerkan di Noorderlicht Festival, Jakarta Biennale, serta Lumenvisum. Buku foto pertamanya, Illusion, terbit pada 2014.
Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.

Seri Webinar Fotografi | Cerita Foto: Haze
Mei 18, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Cerita Foto: Haze
Kamis, 19 Mei 2022 | 16.00 - 17.30 WIB
Pembicara: Abriansyah Liberto
Host: Mamuk Ismantoro
Daftar via bit.ly/WEBINAR3PYP2022
Fotografer Abriansyah Liberto akan bercerita mengenai proyek foto dokumenternya yang berjudul Haze, mengenai fenomena kebakaran hutan dan dampaknya pada masyarakat Sumatra Selatan. Karya ini memenangkan World Press 2022 Photo Contest kategori Long-Term Projects di area Asia Tenggara dan Oseania.
Abriansyah Liberto memulai karier sebagai pewarta foto pada 2009. Lulusan Universitas Sriwijaya Jurusan Teknik Elektro ini memiliki ketertarikan terhadap isu sosial dan lingkungan. Ia kini bekerja di media Tribun Sumsel. Ia pernah memenangkan beberapa penghargaan fotografi, termasuk Adinegoro Award (2015) dan Anugerah Pewarta Foto Indonesia (2018).
Mamuk Ismantoro adalah fotografer dokumenter berbasis di Jawa Timur. Mamuk juga aktif menulis dan mengajar fotografi, khususnya foto jurnalistik. Buku fotonya yang berjudul Tanah yang Hilang (2014) dan diterbitkan PannaFoto merekam kejadian luapan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur.
Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.

Seri Webinar Fotografi | Fotografi dan Masyarakat
Mei 18, 2022PYP,Photography Grant,Permata Photojournalist Grant,Open Call,Beasiswa FotografiEvent,News
Fotografi & Masyarakat
Rabu, 18 Mei 2022 | 16.00 - 17.30 WIB
Panelis: Ben Laksana, Kurniadi Widodo, Rara Sekar (Arkademy)
Host: Arif Furqan
Daftar via bit.ly/WEBINAR2PYP2022
Dalam sesi ini, panelis akan mengurai hubungan fotografi dengan masyarakat melalui studi referensi sejarah visual fotografi dan memahami peran fotografi sebagai pengetahuan di masyarakat menggunakan kerangka berpikir sosial-budaya.
Arif Furqan adalah pengajar dan peneliti yang kadang memotret. Menggeluti dan mengeksplorasi beberapa eksperimen dengan medium fotografi sejak 2011. Karyanya berkutat pada isu tentang rumah, keluarga, dan mobilitas. Menjadi bagian dalam Flock Project, sebuah kolektif yang mengeksplorasi kemungkinan medium cetak fotografi. Pada tahun 2021 menerima Prince Clauss Seed Award atas Unhistoried, sebuah proyek berbasis arsip foto keluarga Indonesia. Kini sedang meluangkan waktu melakukan riset dan mengelola pengarsipan dalam Unhistoried.
Ben K. C. Laksana adalah seorang mahasiswa doktoral di Victoria University of Wellington, dengan fokus penelitian pada persimpangan antara sosiologi, pendidikan, anak muda dan kelas. Sebagai seorang akademisi dan pendidik ia sangat dipengaruhi oleh pendekatan pendidikan 'pedagogi kritis' dan aktif dalam menantang narasi dominan dan menindas melalui pendidikan. Ia juga salah satu pendiri Arkademy, sebuah organisasi yang berfokus pada penggunaan fotografi sebagai pedagogi kritis dengan melibatkan publik secara kritis dalam isu-isu sosial melalui fotografi.
Kurniadi Widodo adalah seorang fotografer lepas yang saat ini berbasis di Yogyakarta. Ia kerap aktif terlibat pada komunitas, inisiatif, maupun program-program yang bergerak di bidang edukasi fotografi, antara lain Cephas Photo Forum, Kelas Pagi Yogyakarta, Pannafoto Future Talents, serta kolektif pendidikan fotografi kritis Arkademy. Pada tahun 2016 bersama dua orang fotografer lainnya dia membentuk Flock Project, sebuah kolektif yang berfokus pada eksplorasi karya-karya foto melalui penerbitan independen. Ia juga melakukan kerja-kerja kuratorial pameran fotografi, di antaranya adalah InSumatra Photo Festival (2019) dan Jakarta International Photo Festival (2021).
Rara Sekar adalah seorang musisi dan peneliti di bidang sosial dan budaya. Dia memperoleh gelar S2 di jurusan Antropologi Budaya dari Victoria University of Wellington, Selandia Baru, dengan fokus penelitian di persimpangan isu pendidikan, pembangunan, anak muda dan adat. Saat ini Rara bekerja sebagai peneliti lepas dan aktif mengajar riset dan fotografi kritis di Arkademy, sebuah kolektif fotografi yang bergerak di bidang pendidikan kritis melalui medium fotografi.
Arkademy adalah kolektif fotografi yang berfokus pada pendidikan fotografi dengan pendekatan kritis, reflektif dan lintas disiplin. Anggota kolektif kami memiliki beragam latar belakang profesi: fotografer dokumenter, edukator, peneliti, dan kurator. Kami tertarik untuk mendalami fotografi sebagai medium untuk memahami fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat, peran dan pengaruh fotografi dalam masyarakat serta relasi fotografi dan/atau fotografer dengan masyarakat. Anggota kolektif kami tersebar di 3 kota di Indonesia: Jakarta, Bogor dan Yogyakarta.
Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.

Launching & Webinar PYP: Menyelami Passion
PermataBank dan PannaFoto Institute meluncurkan program baru Permata Youth Story (PYP) 2022 yang merupakan pengembangan Permata Photojournalist Grant (PPG). PYP 2022 dengan tema JOURNEY menawarkan beasiswa dan workshop daring untuk penikmat & pelaku fotografi muda. Kelas dan mentorship ini akan dipandu pelaku fotografi dengan pengalaman di industri, dan cocok bagi siapa pun yang ingin menjadi fotografer, pewarta foto, atau content creator. Sepuluh peserta terpilih akan didukung untuk mewujudkan cerita foto dan menampilkan karyanya dalam pameran.
Sejumlah institusi pendidikan, dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.
Pembukaan program perdana ini diresmikan oleh Bapak Dayan Sadikin (Direktur Sumber Daya Manusia) dan dihadiri oleh Ibu Richele Maramis (Head of Corporate Affairs PermataBank), serta Ibu Ng Swan Ti (Managing Director PannaFoto Institute). Dalam sambutannya, Bapak Dayan Sadikin menyampaikan antusiasmenya terhadap program perdana PYP yang menyasar anak muda berusia maksimal 25 tahun. Ia berharap para peserta dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bercerita menggunakan foto secara bertanggung jawab.
Setelah Bapak Dayan Sadikin, Ibu Richele Maramis juga menyampaikan komitmen Permata Bank dalam memfasilitasi storyteller Indonesia yang telah berjalan selama 11 tahun. “Selama 11 tahun ini, kami melihat banyak sekali karya luar biasa dari para pewarta foto yang tergabung dalam PPG. Kami melihat sudah saatnya untuk memperlebar program dan mengajak generasi muda dari Sabang sampai Merauke untuk berkarya melalui foto.” Ibu Ng Swan Ti menambahkan, program terbaru dari PannaFoto ini tidak terbatas hanya pada anak muda yang ingin menjadi pewarta foto profesional, namun terbuka pada siapa pun yang memiliki minat pada ilmu visual storytelling.
Selepas acara pembukaan, rangkaian acara berlanjut ke sesi webinar dengan topik “Menyelami Passion” bersama panelis Arum Dayu, Rosa Panggabean dan dipandu oleh Okky Ardya (pewarta foto lepas). Dalam sesi webinar perdana ini, para panelis akan membagikan pengalaman bagaimana mereka menyelami minat fotografi dan membangun karier di dunia fotografi, serta cerita mengenai proses dibalik pembuatan karya cerita foto mereka.
Okky Ardya memulai ketertarikan dalam dunia fotografi sejak di bangku perkuliahan dan bahkan belum memiliki kamera sendiri. Okky Ardya, atau kerap dipanggil Ocha, menyelami dan belajar foto dengan mengikuti berbagai kegiatan komunitas fotografi hingga akhirnya menjadi fotografer lepas sejak 2018. Menanggapi pertanyaan klise tentang apakah bisa memulai belajar fotografi tanpa memiliki kamera, Ocha menjawab, “Menurut pengalaman pribadi saya bisa, ya. Ikut komunitas dan mencari pinjaman kamera.”
Sedangkan Arum Dayu bertemu fotografi lewat UKM kampus dan bekerja sebagai jurnalis foto pada 2007 hingga akhirnya memilih menjadi freelancer pada 2011. Arum Dayu mengalami kebosanan secara visual setelah 4 tahun bekerja sebagai jurnalis foto. Untuk menjaga api passion-nya tetap menyala, ia mulai mengerjakan proyek-proyek personal dengan pendekatan eksploratif.
Program baru ini akan diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni), gratis untuk semua kalangan. Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.