Seri Seminar Fotografi #1 - Permata Youth Photostory (PYP): KINDNESS

Permata Youth Photostory (PYP) akan berkunjung ke Palembang!

Sesi pertama Seminar Fotografi - Permata Youth Photostory (PYP): KINDNESS bertajuk "Membangun Narasi Visual" akan diadakan di Auditorium Perpustakaan UIN Raden Patah, Palembang, pada Senin, 6 November 2023 pukul 10.00—12.00 WIB, berkolaborasi dengan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ukhuwah.

Menghadirkan Edy Purnomo, Ng Swan Ti, dan Wisnu Akbar Prabowo, seminar ini akan mengulik proses serta tips dan trik membangun narasi visual dalam pengerjaan foto cerita.

Sesi ini terbuka untuk umum dengan registrasi melalui bit.ly/SEMINAR1PYP2023. Teman-teman fotografer muda di Palembang, dapatkan inspirasi dengan mengikuti seminar fotografi ini!


Pameran Foto Permata Youth Photostory 2023 : KINDNESS

PermataBank bersama PannaFoto Institute kembali menghadirkan Permata Youth Photostory (PYP). Pada Juli tahun ini, edisi kedua PYP mengangkat tema KINDNESS.

Sepuluh fotografer muda mengurai dan merefleksikan makna kebaikan yang terlihat dan terasa di sekitar mereka. Melalui foto cerita, mereka menyorot sosok para perempuan yang berperan menabur kebaikan bagi orang-orang terdekat mereka.

Kesepuluh fotografer muda Permata Youth Photostory (PYP) 2023 adalah:

  • Aulia Sabrini Saragih, Medan – Universitas Sumatera Utara
  • Daffa Nur Hikmah, Jakarta – Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
  • Febra Gilisua, Yogyakarta – Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • Feby Ardiatri Pasangka, Makassar – Universitas Hasanuddin
  • Ilyansyah Nashrul Aulia, Bandung – Universitas Padjadjaran
  • Juniken Imelda Ratu Radja, Kupang – Universitas Multimedia Nusantara
  • Maria Michelle Angelica, Jakarta – Universitas Gadjah Mada
  • Tri Wahyu Prasetyo, Semarang – Alumni Universitas Kristen Satya Wacana
  • Siti Hardianti Rukmini, Yogyakarta – Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • Wisnu Akbar Prabowo, Palembang – UIN Raden Fatah Palembang

Mereka mengerjakan foto cerita selama mengikuti lokakarya yang berlangsung satu bulan, dari akhir Agustus hingga akhir September. Mentor PannaFoto dan alumni PYP, Edy Purnomo, Arum Dayu, dan Vickram Sombu membimbing para peserta mengembangkan ide cerita yang mereka pilih hingga menjadi narasi visual. Peserta juga berkesempatan mengikuti sesi kelas bersama mentor penulisan, Okky Ardya. Karya mereka kemudian dipresentasikan dalam pameran yang dikurasi oleh Yoppy Pieter.


Pameran Foto
24 Oktober–18 November 2023
Pukul 08.00–20.00 WIB

Pembukaan
Selasa, 24 Oktober 2023
Pukul 16.00–18.00 WIB

World Trade Center 2, Lobby Area
Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31, Jakarta Selatan


Permata Youth Photostory (PYP) 2023: KINDNESS didukung oleh Universitas Katolik Parahyangan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Digital Journalism Universitas Media Nusantara, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Yogyakarta, dan Women Photograph Indonesia.


10 Peserta Permata Youth Photostory (PYP) 2023: KINDNESS

Congratulations! Kami ucapkan selamat bergabung dalam Permata Youth Photostory (PYP) 2023: KINDNESS kepada 10 FotograferMuda:

  • Aulia Sabrini Saragih, Medan - Universitas Sumatera Utara
  • Daffa Nur Hikmah, Jakarta - Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
  • Febra Gilisua, Yogyakarta - Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • Feby Ardiatri Pasangka, Makassar - Universitas Hasanuddin
  • Ilyansyah Nashrul Aulia, Bandung - Universitas Padjadjaran
  • Juniken Imelda Ratu Radja, Kupang - Universitas Multimedia Nusantara
  • Maria Michelle Angelica, Jakarta - Universitas Gadjah Mada
  • Tri Wahyu Prasetyo, Semarang - Alumni Universitas Kristen Satya Wacana
  • Siti Hardianti Rukmini, Yogyakarta - Institut Seni Indonesia Yogyakarta
  • Wisnu Akbar Prabowo, Palembang - UIN Raden Fatah Palembang

Tim Seleksi Irene Barlian (Documentary Photographer & National Geographic Explorer) dan Edy Purnomo (Documentary Photographer & Educator) menyaring dari 66 aplikasi yang masuk.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua FotograferMuda yang telah mendaftarkan diri. Tetap semangat berkarya dan mencoba berbagai kesempatan yang ada!

Sejumlah institusi pendidikan dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2023, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Digital Journalism Universitas Media Nusantara, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Surakarta, dan Women Photograph Indonesia.


Permata Youth Photostory 2023 | KINDNESS

PERMATA YOUTH PHOTOSTORY (PYP) 2023

PermataBank x PannaFoto Institute hadir kembali dengan program Permata Youth Story (PYP) 2023 dan mengusung tema KINDNESS, sebuah program pendidikan fotografi yang didedikasikan bagi generasi muda. Permata Youth Photostory (PYP) 2023 menawarkan beasiswa dan workshop daring untuk pegiat dan peminat fotografi muda.

Tahun ini PYP memilih tema KINDNESS untuk mengurai makna dan merefleksikan kebaikan-kebaikan yang terlihat serta terasa di sekitar kita, merekam dan membaginya melalui foto cerita (photo story). Para mentor berpengalaman dari PannaFoto Institute dan alumni Permata Photojournalist Grant akan memfasilitasi peserta untuk meningkatkan keterampilannya dalam bercerita dengan menggunakan foto, dan mengeksplor medium fotografi dan industrinya.

Selain itu, Permata Youth Story (PYP) 2023 menyelenggarakan seri webinar fotografi dengan beragam topik, yang terbuka untuk umum dengan registrasi.


Permata Youth Photostory 2023
Beasiswa dan workshop fotografi bagi generasi muda
Tema: KINDNESS

Pendaftaran ditutup
16 Agustus 2023 pukul 20.00 WIB

Link pendaftaran
bit.ly/PYP2023KINDNESS

Kelas dan mentorship
29 Agustus – 26 September 2023

Untuk 10 peserta terpilih


Seri webinar fotografi
27 Juli – 15 Agustus 2023
Untuk umum, registrasi
Via ZOOM


Info lebih lanjut
Asa (0858 8812 7367)
www.permata-photojournalistgrant.org

Sejumlah institusi pendidikan dan komunitas fotografi mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2023, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Digital Journalism Universitas Media Nusantara, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Surakarta, dan Women Photograph Indonesia.


Pameran Foto Permata Photojournalist Grant XII INSPIRATION

 

PermataBank bersama PannaFoto Institute menghadirkan edisi ke-12 Permata Photojournalist Grant (PPG XII). Dalam edisi ini, kami mengangkat tema INSPIRATION, yang berakar dari semangat PermataBank untuk mendukung pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan Indonesia.

Sepuluh penerima PPG XII menyoroti kisah figur-figur perempuan yang berkontribusi nyata di keluarga, komunitas dan lingkungan sekitar mereka tinggal. Mereka berjuang untuk pendidikan inklusif, lingkungan hidup, atau kondisi masyarakat sekitarnya.

Peserta PPG mengerjakan foto cerita selama mengikuti workshop, yang berlangsung  pada pertengahan Maret hingga awal Juni 2023. Mentor PannaFoto dan alumni PPG, Edy Purnomo, Rosa Panggabean, Yoppy Pieter, dan Saša Kralj membimbing para peserta mengembangkan ide yang mereka pilih hingga menjadi narasi visual. Peserta juga berkesempatan mengikuti sesi kelas bersama mentor tamu, Tri Joko Her Riadi, Widya Hasian Situmeang dan Jenny Smets dari Belanda.

Kesepuluh penerima PPG XII adalah:

  • Abdan Syakura, Republika — Cimahi
  • Adwit Pramono, Antara Foto — Manado
  • Ahmad Rizki Prabu, Kontributor Project Multatuli — Palembang
  • Bagus Kurniawan, Pewarta Foto Lepas — Prabumulih
  • Endra Prakoso, Akurat.co — Jakarta
  • Himawan Listya Nugraha, Harian Bisnis Indonesia — Bogor
  • Kristi Dwi Utami, Harian Kompas — Semarang
  • Muhammad Bagus Khoirunas, Antara Foto — Banten
  • Muhammad Ihsan Mulya Pratama, Jawa Pos Radar Solo — Solo
  • Muhammad Tohir, GATRA — Palembang

Pameran
11 Juli – 18 Agustus 2023
Pukul 08.00 – 20.00 WIB

Pembukaan
11 Juli  2023
Pukul 16.00 – 18.00 WIB
WTC 2, Lobby Area,
Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31, Jakarta Selatan

Terbuka untuk umum

 


Pameran Foto Permata Youth Photostory (PYP) 2022: JOURNEY

Bulan Juni lalu, PermataBank bersama PannaFoto Institute meluncurkan Permata Youth Photostory (PYP): JOURNEY. Program ini dirancang untuk Fotografer Muda yang sedang melangkah ke dunia kerja, terutama industri fotografi. Dibuka dengan seri webinar oleh praktisi fotografi yang terbuka untuk publik, Fotografer Muda diundang mendaftarkan diri ke program workshop untuk memfasilitasi peserta untuk meningkatkan keterampilannya dalam bercerita dengan menggunakan foto, dan mengeksplor medium fotografi serta industrinya.

Dari 133 pendaftar, 10 peserta terpilih telah menjalani seri pelatihan foto cerita bersama para mentor dan menghasilkan foto cerita yang memaknai tema JOURNEY (perjalanan) dalam versi mereka:

Alfian Romli - Universitas Mataram & HIMIKOM UNRAM
Audrey Kayla - Universitas Katolik Parahyangan & Potret UNPAR
Bahiroh Adilah - Fotografer Lepas
Febby Andriyani - Universitas Syiah Kuala & Pers DETAK USK
Griselda Mahissa - Universitas Padjadjaran
Kintani Khairunnisa - Politeknik Harapan Bersama Tegal
Kurnia Ngayuga Wibowo - Fotografer Lepas & ISP Jawa Barat
Reza Saifullah - Universitas PGRI Indraprasta
Vickram Sombu - Universitas Nusa Cendana & Komunitas Film Kupang
Zamzami Mutamim - Univ. Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA & I-Fotografi UHAMKA

Akhir perjalanan singkat mereka bersama PYP akan dirayakan dengan seremoni kelulusan daring yang disiarkan lewat akun Instagram @permataphotojournalistgrant. Karya mereka kemudian akan dipamerkan secara luring untuk dinikmati publik. Para peserta juga mendapat kesempatan untuk membagikan cerita JOURNEY mereka melalui program Artist Talk.

Sosialisasi PYP 2022: JOURNEY
Selasa, 23 Agustus 2022 pukul 19.00 - 20.00 WIB
via Instagram Live @permataphotojournalistgrant

Graduation Ceremony & Artist Talk
Kamis, 25 Agustus 2022 pukul 16.00 - 18.00 WIB
via Zoom

Exhibition Permata Photoyouth Story 2022: JOURNEY
Jumat, 26 Agustus 2022 - Jumat, 30 September 2022
Pukul 08.00 - 20.00 WIB
WTC 2, Lobby Area
Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31, Jakarta Selatan
Terbuka untuk umum

Terima kasih kepada semua mentor yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya pada para peserta PYP, juga sejumlah institusi pendidikan dan komunitas fotografi yang telah mendukung penyelenggaraan Permata Youth Photostory (PYP) 2022, antara lain Universitas Katolik Parahyangan, Desain Komunikasi Visual Politeknik Harapan Bersama, Fotografi ISI Padang Panjang, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Arkademy, Kelas Pagi dan Women Photograph Indonesia.


Permata Youth Photostory (PYP) 2022: Graduation Ceremony & Artist Talk

Selamat atas kelulusan 10 FotograferMuda Permata Youth Photostory 2022: Journey yang telah mengikuti workshop fotografi bersama @pannafoto mulai dari 6 Juni Mei - 21 Juli lalu.

  • Alfian Romli, Mataram – Universitas Mataram & HIMIKOM UNRAM
  • Audrey Kayla Fachruddin, Jakarta – Universitas Katolik Parahyangan & POTRET UNPAR Bandung
  • Bahiroh Adilah, Jember – Fotografer Lepas
  • Febby Andriyani, Banda Aceh – Universitas Syiah Kuala & Pers DETaK USK
  • Griselda Mahissa, Jakarta – Universitas Padjadjaran Bandung
  • Kintani Khairunnisa, Brebes – Politeknik Harapan Bersama Tegal
  • Kurnia Ngayuga Wibowo, Cirebon – Fotografer Lepas & ISP Jawa Barat
  • Reza Saifullah, Bogor – Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
  • Vickram Sombu, Kupang – Universitas Nusa Cendana & Komunitas Film Kupang
  • Zamzami Mutamim, Jakarta – Univ. Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA & I-Fotografi UHAMKA

Sebagai puncak penyelenggaraan Permata Youth Photostory, program kolaborasi PermataBank dan PannaFoto Institute, kami mengajak FotograferMuda untuk melihat lebih dekat karya para peserta, proses pengerjaan karya, serta kisah-kisah dibaliknya melalui “Graduation Ceremony & Artist Talk” bersama dengan 10 peserta PYP yang akan diselenggarakan secara online pada:

Kamis, 25 Agustus 2022
Pukul 16.30 - 18.00 WIB
via ZOOM

Catat tanggalnya dan daftarkan dirimu melalui link: https://bit.ly/GRADUATIONARTISTTALKPYP25


Forum Editor 2022

Forum Editor merupakan rangkaian dari program Permata Photojournalist Grant. Forum Editor ini pertama kali diadakan tahun 2019 di Erasmus Huis (sebelum COVID-19) dan tahun ini merupakan kedua kalinya Forum Editor diadakan secara tatap muka setelah pandemi COVID-19. Di masa pandemi, Forum Editor tetap diadakan meski secara daring dan berupa seminar foto yang mengundang Adek Berry (AFP) dan Muhammad Fadli (Fotografer dokumenter lepas) sebagai pembicara. Kegiatan Forum Editor kali ini diselenggarakan pada Selasa, 5 Juli 2022 di Kedai Tjikini Jakarta Pusat. Selain dihadiri perwakilan dari PermataBank, forum ini juga dihadiri oleh: Dicky Sastra (Detik.com), Dwi Prasetyo (Narasi TV), Edwin Putranto (Republika/Pemantik Diskusi), Ricky Yudhistira (Projek Multatuli/Pemantik Diskusi), Safir Makki (CNN Indonesia), Unang Ramdhani (Media Indonesia), Wahyu Saputro (Antara Foto), Yuniadhi Agung (Kompas).

Forum Editor ini digagas lantaran melihat perlunya diskusi, pembicaraan, saling tukar-pikiran, dan mempertemukan para editor untuk membicarakan isu-isu yang terjadi di media-media di Indonesia. Selama 11 tahun Program PPG berjalan, program ini menawarkan pendidikan bagi para pewarta foto di Indonesia. Namun, di satu sisi, bagi para pewarta foto yang telah mendapatkan pendidikan (workshop) di PPG, kerap kali mengalami kendala saat para pewarta foto (alumni PPG) kembali bekerja di media masing-masing terkait komunikasi dengan editornya, publikasi karya, dll. Sehingga muncul usulan dari para pewarta foto (peserta/alumni PPG) untuk melibatkan para editor foto terkait bagaimana mentransformasikan karya-karya yang mungkin tidak mainstream, tapi bisa diterima oleh media. Pada Forum Editor di tahun 2019, sempat mengundang Jenny Smets (Editor, Edukator, Kurator) untuk mengetahui situasi dan lanskap media di Belanda. Ternyata, lanskap industri media di Indonesia pun memiliki cukup banyak isu-isu menarik untuk dibahas bersama para editor maupun pewarta foto.

Sesi pemaparan singkat 11 tahun perjalanan PPG disampaikan oleh Ng Swanti yang diawali dengan pemutaran video singkat perjalanan PPG serta perkembangan pewarta foto muda di Indonesia saat ini. Ng Swan Ti menyampaikan Kilas balik perjalanan PPG selama 10 tahun sejak pertama kali diluncurkan tahun 2011; mulai dari belum memiliki poster yang memadai untuk pembukaan pendaftaran PPG hingga ragam pemilihan tema yang semakin memancing pemikiran kritis di setiap tahun.

Dari keberagaman isu tersebut, PPG tetap memegang teguh marwah jurnalisme; bagaimana merespons isu-isu terkini, konteksnya, dll, dengan memperhatikan dan mempertimbangan segala risiko jika karya-karya tersebut dipamerkan. Isu-isu yang muncul lebih kompleks, mengantisipasi respons/reaksi di media sosial, dan perlunya mitigasi konten. Beragamnya isu-isu yang diangkat peserta PPG XI turut dibahas dalam Forum Editor. Dengan terpilihnya tiga pewarta foto yang berasal dari luar Jakarta, yaitu Palembang, Kendari, Makassar, sehingga cerita dan isu yang diangkat tidak hanya berasal dari ibu kota, tapi juga mengangkat kisah-kisah lain dari daerah.

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, peserta PPG XI—yang kebanyakan adalah generasi Z atau generasi milenial—lebih mengangkat isu-isu yang mewakili zaman mereka (seperti isu-isu kesehatan mental, open-relationship, dll). Pada generasi sebelumnya, isu-isu marginal yang dibicarakan seputar isu-isu sosial (misalnya kemiskinan). Di PPG XI, meski isunya berangkat dari sesuatu yang personal, tapi masih tetap menangkat isu jurnalistik. PPG juga menerima masukan dari rekan salah satu peserta PPG yang menyampaikan bahwa saat ini sudut pandang anak muda, apapun dilihat dalam ranah personal, tidak lagi struktural.

Di sesi diskusi, Forum Editor menghadirkan Ricky Yudhistira (Project Multatuli, Jakarta) dan Edwin Putranto (Republika, Jakarta) sebagai pemantik diskusi. Sesi dimulai dengan kedua pemantik, yakni Ricky dan Edwin, yang akan berbagi tentang lanskap industri media mainstream di Indonesia. Menurut Edwin, butuh waktu dan proses untuk mendobrak cara-cara kerja lama agar jurnalis foto tidak terjebak dengan karya-karya reportase. Dengan adanya editor yang jeli untuk memilih mana hal yang penting dan tidak penting untuk diliput, praktis memberikan ruang dan waktu bagi fotografer untuk eksplorasi ide dan konsep ketika ingin berkarya. Edwin mencontohkan apa yang sudah ia terapkan di medianya, yaitu mulai mengedukasi rekan-rekan editor untuk menentukan skala prioritas ketika si fotografer mendapatkan penugasan untuk liputan, sehingga fotografer bisa lebih memiliki waktu untuk eksplorasi atau sekadar melakukan riset foto.

Edwin memberikan saran, sebaiknya yang dididik tidak hanya para editor, tetapi juga para petinggi-petinggi media untuk menyadari bahwa visual saat ini bergeser, mulai dari cara pendekatan, gaya visual, hingga tema-tema/isu yang diangkat. Ia juga sepakat jika dahulu persoalan struktural adalah sesuatu yang sangat berjarak dan fotografer hanya sebagai observer, tetapi saat ini, isu-isu struktural menjadi sesuatu yang personal, riil dialami oleh mereka. Pendekatan semacam ini sudah sejak awal diadaptasi oleh Project Multatuli, yakni bagaimana hal-hal yang personal ini sebenarnya menguak sesuatu yang struktural.

Ricky Yudhistira (Project Multatuli) memberi catatan bahwa penting bagi jurnalis foto untuk tetap mengingat bahwa mereka bukan hanya fotografer, tapi jurnalis yang menyampaikan karyanya melalui medium fotografi. Dalam konteks esai foto, masalah yang sejak dulu sampai saat ini masih dihadapi oleh rekan-rekan jurnalis foto adalah kelemahan dalam menyusun narasi. Dari sisi visual, kemampuan teknis mereka tidak diragukan, tapi kemampuan bertutur dan hal-hal dasar, seperti menulis, wawancara, riset, melengkapi dengan data, dll, masih lemah sehingga berpengaruh pada kemampuan membangun narasi saat membuat esai foto. Terkait PPG, menurut Ricky, kelas penulisan & riset cukup penting sehingga bisa membantu fotografer untuk memperkuat narasi dan belajar penulisan. Saran lainnya, fotografer juga bisa tandem/kolaborasi bersama penulis jika si fotografer masih merasa ada kelemahan dari sisi penulisan.

Dicky Sastra (Detik.com) berpendapat, sebagai pewarta foto, sangat penting untuk memiliki idealisme. Namun, menurut Dicky, idealisme itu tidak harus diterapkan di kantor/media tempat si pewarta foto yang bersangkutan bekerja. Artinya, pewarta foto berada di dua sisi. Di satu sisi, sebagai seorang profesional, ia bekerja di media mainstream dengan tuntutan liputan atau memenuhi kuota foto. Di sisi lain, fotografer bisa berkarya secara mandiri tanpa harus tergantung dengan tim. Dengan terbiasa bekerja secara mandiri, fotografer masih bisa tetap menjaga idealisme dalam berkarya dengan menawarkan sudut pandang/perspektif yang berbeda ketika memotret isu-isu tertentu. Idealisme seorang fotografer tidak harus disalurkan di media/perusahaan tempat ia bekerja. Menurutnya, fotografer idealnya bisa menghasilkan atau membuat buku foto. Bukan sekadar buku sebagai bagian dari dokumentasi dan arsip, tapi juga menjadi sebuah peninggalan (legacy) dari si fotografer.

Mengakhiri diskusi dalam acara Forum Editor, Andre Sebastian selalu VP, Head of External Communications, Corporate Affairs PermataBank menutup acara berharap diskusi-diskusi semacam ini dan Forum Editor dapat berlangsung secara rutin karena kontribusi dan masukan dari para editor foto sangat berperan dalam perkembangan Program PPG.


PPG XI Photo Webinar with Sebastian Liste

PermataBank and PannaFoto Institute invites award-winning photographer Sebastian Liste (Spain/Brazil) to host a photo seminar in conjunction with Permata Photojournalist Grant XI. In ‘Beyond the Single Images’, Liste would share about his dedication to long-form, in-depth documentary projects. His projects often focus on exploring loss and trauma; the human impact on the environment; and reflections of place, family, and memory. This seminar will be delivered in English with bahasa Indonesia interpretation option available. Click bit.ly/PPGXIPHOTOSEMINAR or click the link in bio to join the webinar! #CaptureYourStoryCloser #PermataPhotojournalistGrant #PPG #Photojournalist #FotoJurnalistik #FotoJurnalis #Photojournalism #Fotografi #Photography


Webinar PYP: Healing in Nature

Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.

Kamis (30/06/2022), program webinar gratis memasuki sesi terakhir. Webinar dibuka dengan pemutaran kembali video program PYP sebagai perluasan program PPG dan dipandu oleh Ibu Ng Swan Ti selaku Managing Director PannaFoto Institute. Selanjutnya, Andre Sebastian selaku Head of External Communications PermataBank memberi sambutan sekaligus apresiasi kepada seluruh mitra yang turut mendukung terlaksananya Permata Youth Photostory (PYP) 2022.  

Pendidik fotografi sekaligus pecinta alam Edy Purnomo menceritakan kisahnya menjelajahi alam bebas di berbagai daerah. Dalam perjalanannya, ia menemukan jeda dari kesibukan untuk refleksi diri dan inspirasi baru yang berfungsi sebagai tombol reset dalam kehidupan profesionalnya. Beawiharta, pewarta foto kawakan, membuka sesi dengan menceritakan dua buku foto karya Edy Purnomo, “Passing” dan “Wildtopia”. “Buku Wildtopia buatku adalah masterpiece Edy karena di sini dia berbicara soal alam, binatang, manusia dan perubahan iklim. Banyak fotografer bicara climate change dengan rumit, Edy berbeda. Ia menyajikannya dengan sederhana. Sebagai pendidik, pengamatannya tentang hewan dan alam disajikan seperti buku anak-anak untuk pengantar tidur,” ungkap Beawiharta. 

Kecintaan Edy Purnomo pada alam telah tumbuh semenjak usia kanak-kanak. “Healing in Nature” merupakan refleksi masa kecilnya di kampung halaman. Alam dan pendidikan adalah dua hal yang meramaikan masa kecilnya. Ia berusaha memberi jarak antara kecintaan pada alam dan rutinitas harian agar semangat hidupnya tak padam. 

Perjalanan Edy dengan fotografi membawanya berkarir di Agence-France-Presse, kantor berita Perancis di Indonesia. Ia menjadi saksi sejarah dan memotret aksi-aksi demonstrasi yang terjadi di tahun 90-an. Setelah masa reformasi, Edy mengalami kebuntuan dalam berkarya. Untuk membebaskan diri dari creative block, ia melakukan perjalanan ke Nepal, destinasi impiannya sejak kecil. Pada 2003 ia memberanikan diri mendaki Gunung Everest untuk pertama kalinya. Selain menikmati keindahan alam Nepal, ia juga berinteraksi dengan penduduk lokal. Dokumentasi perjalanannya di Nepal sempat dimuat di majalah lokal dan membawanya bertransisi dari pewarta foto ke fotografer lepas yang kerap mengkombinasikan alam ke karyanya.

Bagi Edy Purnomo, apa pun pekerjaanya, jika dijalankan tanpa passion atau sekadar menjadi rutinitas, maka hasilnya tidak akan maksimal. Saat mengalami kejenuhan, Edy pergi ke alam bebas dan menemukan kembali kecintaannya pada fotografi. Seiring berjalannya waktu dan teman perjalanan yang berkurang, ia mulai sering menjalani solo travelling ke alam bebas. Dengan perjalanan alam, ia membuka semua panca indera dan memberi jeda agar dapat memperhatikan sekeliling dengan lebih seksama. Alam bebas memberikannya banyak hal untuk direfleksikan. Ia juga menekankan pentingnya persiapan keamanan agar zero accident saat melakukan solo travelling.

Edy menjawab pertanyaan salah seorang fotografer muda terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam storytelling, yakni dengan menguasai medium fotografi itu sendiri dan belajar memahami teknik storytelling yang berkaitan dengan cerita apa yang ingin kita ungkapkan. “Perpaduan keduanya– ketertarikan pada hal yang ingin diceritakan dan penguasaan medium fotografi menjadi kunci,” kata Edy.

Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute. 


Webinar PYP: Saujana Sumpu

Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.

Kamis (23/06/2022), program webinar gratis memasuki sesi kedelapan. Andre Sebastian (VP, Head of External Communications) mengapresiasi PannaFoto yang setia mendukung terselenggaranya Permata Photojournalist Grant (PPG) serta Permata Youth Photostory (PYP).

Sesi webinar kedelapan PYP mengundang Yoppy Pieter sebagai narasumber dan Caron Toshiko sebagai pemandu. Saujana Sumpu merupakan salah satu proyek foto Yoppy Pieter, sekaligus nama sebuah desa kecil dekat Danau Singkarak di Sumatera Barat. Cerita foto ini menyorot topik perantauan– kisah tentang desa yang sepi karena ditinggal penduduknya untuk merantau. Selama dua tahun, 2013 hingga 2015, Yoppy bolak-balik Jakarta-Sumatera untuk mengerjakan proyek foto ini hingga akhirnya diterbitkan menjadi sebuah buku. 

“Saya orang Jawa, orang luar Sumatera, namun jatuh cinta pada kampung ini. Kampung ini punya tanah yang luar biasa subur dan kehidupan yang tidak pernah saya temukan dimana pun”, ungkap Yoppy menjawab pertanyaan Caron Toshi perihal mengapa mendokumentasikan Desa Sumpu. “Sumpu adalah desa yang sangat subur, namun desa yang sangat sunyi dan sepi”, imbuh Yoppy. Dari proyek foto ini, Yoppy juga menemukan pergeseran konsep merantau dari pergi untuk kembali menjadi pergi dan menetap di kota. “Ini lebih dari sekadar merekam desa yang ditinggalkan, tapi bagaimana aku merepresentasikan kameraku sebagai mata para perantau yang merindukan kampungnya’, ujar Yoppy Pieter.

Caron Toshi menyoroti tiga pembabakan dalam buku foto Saujana Sumpu; kelahiran (anak muda) - kesedihan dan kesendirian - kebangkitan. Yoppy menjelaskan, pembabakan itu lahir saat proses produksi buku di tahap dummy. Pembabakan itu merepresentasikan bentuk-bentuk merantau itu sendiri. Dari awal mula merantau di usia muda untuk menghidupi diri sendiri, kerinduan akan kampung halaman hingga cara-cara berbeda untuk “kembali ke kampung” seperti menyekolahkan anak-anak Desa Sumpu atau merevitalisasi rumah.  

Dari aspek personal, Saujana Sumpu adalah perjalanan Yoppy meredefinisi identitas dirinya, akar kampung halaman dan jelajah kuliner. Saujana, secara harafiah berarti “sejauh mata memandang”. Yoppy merekam lanskap Desa Sumpu secara harafiah dan simbolis melalui gambar hitam putih. Menampilkan kemuraman sekaligus keelokan desa di punggung kaldera hingga tepi Danau Singkarak ini. Bagi Yoppy, fotografi tak hanya berfungsi sebagai medium bercerita tapi juga medium pengetahuan. Ia berharap suatu hari nanti, rekaman visual ini dapat menjadi referensi riset. Yoppy juga menaruh perhatian mendetail tentang bagaimana Saujana Sumpu ditampilkan tak hanya secara dua dimensi dalam bentuk buku, tapi juga bagaimana cerita ini dipamerkan di ruang seni. 

Yoppy Pieter kemudian menceritakan pengalamannya saat berpartisipasi di Joop Swart Masterclass 2019. Ia memperluas narasi cerita foto tentang perantauan, bermula dari tanah kelahiran para perantau hingga tanah dimana mereka saat ini menetap. Yoppy bertandang ke Indramayu untuk mendokumentasikan kehidupan warga Sumpu sebagai pelengkap rangkaian cerita Saujana Sumpu.

Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute. 


Webinar PYP: Stories through Cycling

Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri Webinar Fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.

Kamis (02/16/2022), sesi webinar dibuka oleh Ng Swan Ti dan sambutan dari Andre Sebastian selaku Head of External Communications dari PermataBank. Beliau juga mengundang peserta Webinar Fotografi PYP dan fotografer muda untuk datang ke Pameran Foto Permata Photojournalist Grant XI COURAGE di area Lobby WTC 2.

Di sesi webinar ketujuh ini, Dita Alangkara memandu perbincangan bersama fotografer Rony Zakaria yang mendapat angin segar untuk memotret dari perjalanan bersepeda bersama komunitas yang kini menjadi kawan dan sumber inspirasinya. Sesi ini menunjukkan kegiatan sehari-hari yang dapat menjadi motivasi baru untuk berkarya bagi fotografer. 

Rony Zakaria adalah fotografer lepas yang fokus pada cerita foto dokumenter dengan aspek historis dan sosiokultural, serta bagaimana religi mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Ia juga kerap melakukan perjalanan keliling Indonesia untuk mendokumentasikan musik, lanskap alam, hingga isu deforestasi. Rony menjelaskan, “Salah satu yang membuat saya senang dengan fotografi adalah bertemu hal-hal unik dan orang-orang baru.” Rony yang metode kerjanya lekat dengan perjalanan atau travelling juga menghadapi hambatan gerak saat pandemi Covid-19. “Semua orang mengalami efek pandemi, termasuk profesi fotografer. Tapi hidup harus tetap berjalan dan saya berpikir bagaimana caranya untuk bertahan di pandemi ini”, imbuhnya. Di saat itu lah ia mulai menjajal hobi baru yang naik pamor saat pandemi yaitu bersepeda. 

Sembari mengayuh sepeda, ia memotret apa-apa yang menarik perhatiannya. Kemudian ia membagikan hasil jepretan mengikuti para pesepeda di akun instagram The Monochrom Cyclist. Bagi Rony Zakaria, dibandingkan dengan menggunakan kendaraan lain, mengayuh sepeda dengan lambat memberi kedekatan lebih dengan keadaan sekitar. Awalnya ia hanya menggunakan kamera telepon genggam untuk memotret, seiring waktu ia terus berlatih untuk meningkatkan stamina dan keseimbangan guna mendukungnya membuat cycling photography.

Dalam fotografi dan bersepeda, Rony menemukan makna baru dalam kebebasan dan hidup. Keleluasaan dan kemungkinan untuk bergerak, melihat dan bercerita. Rony, yang juga brand ambassador Leica Store Jakarta, membuat cerita foto dengan bersepeda di Lasem, Jawa Tengah. Didukung oleh Leica Store Jakarta, seraya mengayuh ia pun memotret kehidupan di Lasem. Dengan bersepeda, ia dapat memperluas area jelajahnya di Lasem, meski kesempatan untuk mampir ke rumah-rumah warga banyak terlewat. Hasil jepretannya lalu dipamerkan di Leica Gallery Jakarta.

Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.