Bisikkan Ninabobo Untukku

Bisikkan Ninabobo Untukku
Ahmad Tri Hawaari, Pos Kota – Jakarta

“Bu, boleh bacain buku dongeng? Kayak dulu Ayah waktu aku mau tidur. Aku udah lama gak denger cerita dongeng, Bu…”, ucap Kinanti (6) kepada ibunya sembari melepaskan botol susu dan melentikkan jemari kecilnya di selimut pemberian mendiang sang ayah. 

Dua tahun pandemi berarti banyak orang mengalami kehilangan, tak terkecuali anak-anak. September 2021 lalu, Kementerian Sosial mencatat setidaknya 30.766 anak di Indonesia kehilangan orang tua mereka akibat Covid-19. Kisah ini mencoba menyelami realita anak-anak tersebut, merekam usaha mereka meneruskan hidup dan menemukan kebahagiaan setelah masa duka meski program pendampingan pemerintah ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) belum menjangkau mereka.

Ananda (13) kehilangan ibunya, membuatnya yatim piatu karena ayahnya pun telah meninggalkan keluarga saat ia masih kecil. Kondisi ini membuat Yusuf (57), kakak dari ibunya, berinisiatif mengambil peran sebagai pengasuh. “Ayah, yuk kita makan bareng lagi. Aku kangen makan bareng sama Mama juga, kan biasanya kita makan bareng-bareng begini, Yah,” ucap Ananda ketika mengajak Yusuf makan bersama. 

Fikri (8), kehilangan ayahnya dan kini harus tinggal di Rumah Yatim Sunter Muara dikarenakan faktor ekonomi. Tinggal bersama teman-teman senasib perlahan membantunya melupakan kesedihan. Ia sering mencuri waktu untuk menemui Sukimah (46), ibunya yang tinggal tidak jauh. Ia pun kerap bercerita kepada Ibunya tentang kerinduan terhadap ayahnya yang dulu sering mengajak bermain di kamar sewa berukuran 2×3 meter, “Bu, kalau Ayah masih ada, kita udah jalan-jalan beli pizza, Bu,” tuturnya sambil memeluk erat sang Ibu. 

Kakak beradik Kinanti (6) dan Kinara (1,5) sejak balita tumbuh tanpa kasih sayang dan perlindungan ayah mereka, Suhendra (44). Namun, hari-hari yang dilalui bersama ibu mereka Yunarah (32) mengisi hati mereka. Mereka menghabiskan waktu menonton serial kartun kesayangan, melompat, dan bermain di atas sofa untuk meredam kerinduan kepada ayah. “Bu, kalau Ayah masih ada, pasti kita diajak jalan-jalan naik kereta dan pergi ke taman ya. Terus kalau gajian, pasti dibeliin mainan kuda poni kesukaan aku,” ucap Kinanti kepada ibunya. 

Kehilangan orang tua memang berat, terlebih untuk anak-anak yang memerlukan perhatian dan kasih sayang lebih. Terkadang manusia harus sampai kepada titik kehilangan untuk memaknai kehadiran, kasih sayang dan menemukan kebahagiaan yang mengalahkan segala. Di usia mereka, anak-anak masih memimpikan dinyanyikan lagu cinta oleh orang tua sebagai kekuatan untuk melewati kejamnya dunia.