Delapan meja putih berukuran sekitar 1 x 1,5 meter sudah tersusun rapi di tengah salah satu ruangan di lantai 21, PermataBank Tower, Jakarta. Di atas setiap meja, tampak puluhan foto ukuran 4R hasil bidikan para peserta PPG 2013. Seluruh peserta terlihat serius menyusun urutan foto, ada yang sibuk membuka catatan storyboard untuk membantu susunan foto, ada juga yang sibuk berdiskusi dengan partner-nya dan saling memberi saran dalam penyusunan alur cerita photo story yang mereka garap.

 

Sementara itu, di sudut meja yang lain, para mentor kelas PPG Edy Purnomo dan Ahmad ‘Deny’ Salman mulai mengamati urutan foto yang telah disusun oleh para peserta. Sesekali para mentor memberi saran, membantu memilih & menyusun urutan foto agar sesuai dengan alur cerita sekaligus berbagi ide dan tips ketika para peserta menemui kendala dalam mengerjakan photo story.

 

“Sebetulnya kerangka (cerita) dalam photo story kalian sudah mulai terbentuk, sekarang tantangannya adalah mencoba untuk menari dengan imajinasi kalian. Memotretlah dengan gembira dan lebih rileks, lalu rasakan permasalahannya. Karena itu yang jauh lebih penting….” tutur Edi.

Sesi ke-5 Kelas PPG yang berlangsung pada hari Jumat (25/10) memang agak berbeda. Ini kali pertama para peserta tidak belajar teori di kelas lantaran di sesi  Editing para peserta diharuskan membawa hasil jepretan selama di lapangan sebagai rangkaian final project masing-masing.

 

Kehadiran Beawiharta, fotografer senior dari Reuters, kian menambah keistimewaan sesi Photo Editing. Beawiharta yang hadir sebagai mentor tamu (guest mentor) ikut berkeliling dari satu meja ke meja lain untuk membantu & berbagi ide bagi para peserta dalam membangun dan menyusun sebuah photo story.

“Inti dari pengerjaan sebuah photo story adalah keintiman. Jadi kalian harus benar-benar mengetahui karakter & semua permasalahan si tokoh (karakter) dalam story kalian,” kata Beawiharta di hadapan para peserta.

 

Sebelum kelas berakhir, ia pun menambahkan, “Yang penting kalian harus bisa merasakan keintiman itu sehingga ada kedekatan dengan karakter atau tokoh dalam story kalian. Ini akan membantu saat eksekusi di lapangan dan membuat hasil foto kalin lebih terasa hidup.” (AWS/foto: Radityo Widiatmojo)