DUA SATU

DUA SATU
Febby Andriyani – Universitas Syiah Kuala & Pers DETAK USK

“Setelah tamat nanti, mau menetap di sana atau pulang?” 

Satu pertanyaan dari orang tua saya, tapi menimbulkan berbagai pertanyaan lain tentang masa depan.

Saat ini saya berusia 21 tahun. Tinggal jauh dari orang tua demi meraih gelar akademik. Terkadang saya merasa bingung tentang tujuan hidup, bingung bagaimana bersikap sebagai orang dewasa. Tak jarang timbul rasa cemas, khawatir, dan ragu menentukan arah hidup. 

Sebagai anak sulung sekaligus cucu perempuan pertama di keluarga besar, terasa ada beban tanggung jawab yang berat. Ekspektasi keluarga dan orang-orang terdekat menjelma menjadi harapan yang menakutkan.

Orang-orang menyebut fase ini sebagai quarter life crisis (krisis seperempat abad). Saya tidak ingat kapan pertama kali mendengar istilah ini.  Namun, dari apa yang saya lihat dan dengar, terutama dari orang-orang yang sudah melewati fase ini, quarter life crisis adalah sebuah proses pendewasaan diri.

Saya mulai bertanya-tanya, apa yang harus saya lakukan dan apa yang saya inginkan. Di tengah keresahan dan kebingungan, saya mencoba mencari jawaban dan terus melangkah. Ada pula sebuah janji kepada diri sendiri dan orang tua yang harus segera saya selesaikan, pulang dengan membawa gelar sarjana.

Saya menghabiskan banyak waktu berbicara dengan diri sendiri, mengenal, dan mulai menerima keputusan yang saya ambil. Saya mencoba menanamkan sebuah pemikiran bahwa semua akan baik-baik saja. Saya percaya segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sia-sia. 

Lalui dan jalani.