Mawar Mawari

Mawar, bagi Mama, adalah media untuk mencurahkan kasih sayang. Cukup dengan tangan Mama, mawar-mawar di pekarangan ini tumbuh dengan indah.

Selama sembilan tahun terakhir, Mama menjalani hidupnya dengan terdiagnosis depresi. Hal ini membawa perubahan besar pada dirinya, juga hubungan kami sebagai ibu dan anak. Ledakan-ledakan emosi, kebisingan dalam kepala, serta penolakan diriku atas keadaan Mama, membuat hubungan kami kian renggang.

Aku menyalahkan kondisi ini, yang membuatku merasa kesulitan memahami hubungan ibu dan anak seperti yang dimiliki teman-temanku. Tak ayal, kondisi Mama juga mempengaruhiku. Dua tahun yang lalu, aku terdiagnosis memiliki gangguan kecemasan. Sebuah penelitian tahun 2008 berjudul “The Children of Mentally Ill Parents” menjelaskan situasi kompleks yang aku alami.

Kenapa Mama seperti ini? Apakah aku menjadi beban?

Kepalaku penuh dengan pertanyaan- pertanyaan tak terjawab. Apakah karena kondisinya, Mama tidak bisa mencurahkan rasa sayangnya padaku? Tapi mawar-mawar di pekarangan tumbuh dengan indah berkat kasih sayangnya. Apakah aku juga bisa tumbuh seindah mereka?

Mungkin Mama jarang berbicara denganku, tapi aku yakin, tangan lembutnya selalu menadah harapan baik untukku setiap malam. Seperti mawar-mawar di pekarangannya, aku pun dirawat oleh tangan Mama dengan cinta dan perhatian.

 

The Older I get, the more that I see

My Parents aren’t heroes, they’re just like me

And loving is hard, it don’t always work

(“Older” oleh Sasha Sloan, lagu yang selalu menemaniku)