Generasi Kedua Pelaut Bugis-Makassar

Generasi Kedua Pelaut Bugis-Makassar

Hariandi Hafid/Koran Tempo Makassar

“Saya senang memang kerja di laut, ibaratnya tidak tenangka kerja kalau tidak basahki kakiku,” ujar Andi Ihwan (34), mengungkapkan alasanya menjadi pelaut. Andi merupakan pelaut modern asal Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, daerah yang terkenal dengan pembuat kapal Phinisi, yang menjadi simbol kebudayaan maritim masyarakat Bugis-Makassar sejak abad ke-17.

Masyarakat Bugis dan Makassar terkenal sebagai pelaut ulung. Semangat dan kecintaan mereka terhadap dunia pelayaran didukung oleh pengetahuan tentang astronomi dan oseanologi tradisional, yang menjadi pegangan mereka dalam melakukan pelayaran. Mereka berpatokan dari gejala-gejala alam yang dapat diketahui melalui penglihatan, pendengaran, firasat, dan keyakinan mereka. Mereka akrab dengan laut dan berani mengarungi samudra luas.

Tradisi mengarungi lautan itu juga tak lepas dari kultur yang subur di lingkungan masyarakat Bugis-Makassar yang dikenal sebagai pasompe’ yang secara harfiah bermakna ‘merantau’, biasanya mereka merupakan kategori pelaut pedagang atau berdagang antarpulau.

Semangat melaut itu pun terus diwariskan kepada generasi saat ini, dalam era dunia pelayaran yang telah didominasi kapal-kapal modern berbadan besi dengan penggerak mesin. Setidaknya, hal ini terlihat dari tingginya animo anak muda dari Bugis-Makassar untuk masuk ke sekolah pelayaran atau diklat keterampilan dan keahlian pelaut untuk  dapat bekerja di kapal-kapal modern.

Di Jakarta tidaklah sulit menemukan pelaut ataupun calon pelaut yang berasal dari dua suku bangsa ini. Mereka kebanyakan tinggal di asrama atau kontrakan khusus pelaut yang banyak dijumpai di kawasan pesisir Ibu Kota. Penghasilan yang lebih menjanjikan sambil tetap bersentuhan dengan laut menjadi salah satu alasan utama mereka memilih profesi ini.

 

Biodata

Hariandi Hafid lahir di Palopo, 17 Januari 1987, mengenal fotografi sejak 2006 saat berkuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Hasanuddin, Makassar. Ia mulai bergelut dengan foto jurnalistik saat magang di Harian Ujung Pandang Ekspres pada 2010, dan  menjadi pewarta foto pada harian Koran Tempo Makassar sejak 2011 hingga sekarang.

Pada 2014, Hafid menjadi peserta angkatan pertama workshop Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Makassar, dan mengikuti workshop “The Harbor Shooting Series” bersama fotografer Inggris, Mimi Mollica, pada tahun yang sama. Dirinya juga berpartisipasi dalam buku 1357 KM Tour of  Photography: South Sulawesi ini 17 Photographer’s eyes pada 2008.

Pameran foto yang pernah diikuti di antaranya pameran foto esai “Cerita Rakyat” di GFJA Makassar (2013), pameran “Mahakarya Kemerdekaan” di Makassar (2014) dan “Warna-Warni Nusantara” (2015) di Surabaya. Ia juga meraih sejumlah penghargaan, di antaranya Juara 1 dan 2  Lomba Foto Lingkungan Oxfam (2015), Juara 3 Lomba Foto TNI Peduli (2015), dan memenangkan Nomination Award pada ajang “Humanity Photo Award (HPA)” (2015) di Tiongkok.