Foto : Rahadian

 

“Sepengalaman saya mengajar (fotografi), perkembangan teknologi yang makin canggih – termasuk kamera yang sekarang semakin mudah, ternyata bukan berarti bikin cara ngajar juga makin mudah,” tutur Rasdian A Vadin, Redaktur Foto Harian Umum Jurnal Nasional yang aktif menjadi pengajar foto jurnalistik di salah satu universitas di Jakarta.

Lain halnya dengan Wulan, fotografer majalah Hidayah yang telah mengajar tentang fotografi sejak tahun 2008 ini menuturkan, kadang ia pun terjebak dengan metode ceramah (lecturing) saat menyampaikan materi. Harus membuat peserta didik menjadi lebih semangat dan mengajar orang yang ‘bete’ agar lebih bergairah, menurutnya adalah salah satu tantangan tersendiri.

Rasdian dan Wulan adalah adalah para peserta “Workshop Training for Trainers (ToT)” yang diadakan oleh PermataBank dan Erasmus Huis sebagai bagian dari rangkaian program Permata Photojournalist Grant (PPG) 2012. Sebanyak 10 pengajar di bidang fotografi, terpilih untuk mengikuti Workshop ToT yang diadakan pada tanggal 10 – 11 Januari 2013 di Erasmus Huis, Jakarta.

Dengan fasilitator para mentor PPG dari PannaFoto Institute yakni Edy Purnomo dan Ahmad ‘DeNy’ Salman yang telah mendapat pelatihan ToT dari World Press Photo, para peserta workshop banyak mendapatkan materi seputar metode & teknik-teknik pengajaran. Antara lain; bagaimana menjadi seorang mentor/pengajar yang baik, mengenal karakter & tipe-tipe peserta didik (Learning Cycle), trik mengemas gaya mengajar yang bisa menarik perhatian peserta, pentingnya belajar berbasis aktivitas, dan yang paling penting adalah mampu membuat perencanaan dan memberikan pelatihan yang efisien dan efektif.

Sebagai mentor workshop, baik DeNy maupun Edy selalu menekankan pentingnya komunikasi dua arah dan tidak hanya berkutat di satu metode pengajaran saja. “Hal yang perlu diingat saat menjadi mentor adalah bukan apa yang kita berikan, tapi sejauh mana materi yang kita berikan bisa dimengerti, dipahami dan terukur oleh kelas,” kata Ahmad ‘DeNy’ Salman.

Selama dua hari penuh, peserta tidak hanya berkutat seputar teori-teori dalam menyampaikan materi pengajaran. Di hari terakhir, setiap peserta melakukan presentasi layaknya seorang mentor yang memberikan materi seputar fotografi. Di sini mereka tak hanya mempraktekkan materi-materi Workshop ToT tapi juga saling memberikan masukan, kritik, saran dari mentor dan peserta lainnya.

“Workshop seperti ini bermanfaat banget. Karena kita tidak hanya sharing pengalaman mengajar dan mendapat ilmu baru, tapi kita juga semakin tahu & memperbaikain kekurangan kita sebagai pengajar dari feedback yang diberikan ke kita,” kata Arief Priyono, salah satu peserta workshop yang jauh-jauh datang dari Kediri. Kedepannya ia berharap, dengan adanya workshop seperti ini bisa menjembatani kesenjangan metode pengajaran yang ada di kota (Jakarta) dan di daerah. (AWS)