Penerima Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016, Dwi Prasetya

Penerima Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016

DSC04715a
Left to right: Ineke de Hoog (Deputy Head of Public Diplomacy & Cultural Affairs. Embassy of the Kingdom of the Netherlands), Dwi Prasetya (the Winner of Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016), and Julian Fong (Vice President Director of PermataBank). Photo: Hanggi Tyo

The Winner of Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016

Entering its third year, Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam offers opportunity to Permata Photojournalist Grant (PPG) alumni and Indonesian photojournalists to win a fellowship in a form of one-week residency training in Amsterdam as well as an opportunity to work on a photo story mentored by Kadir Van Lohuizen from NOOR Photo Agency.

Among several submissions received following an earlier call for proposals, three Indonesian photojournalists have been selected in the final round with Kadir Van Lohuizen as the jury. After the interview and selection process, Dwi Prasetya, photojournalist at Bisnis Indonesia Daily Newspaper has been selected as the winner of Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016. As the recipient of this prestigious fellowship, Dwi who has just completed the program of Permata Photojournalist Grant this year, also has an opportunity to attend the 2016 World Press Photo Award Days in Amsterdam.

"His portfolio is the strongest work," says Kadir Van Lohuizen when he decided to choose Dwi as the winner of the Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam. To apply for this fellowship, the applicants must send portfolio and photo story proposal which he/she will be working on during one-week residency in Amsterdam. Each year, the fellowship only selects the best Permata Photojournalist Grant (PPG) alumni  as the winner. (Okky / Photo: Hanggi Tyo)

 

BAHASA INDONESIA

Kesempatan untuk meraih Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam kembali dibuka untuk ke-3 kalinya tahun ini, diselenggarakan oleh PermataBank bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda/Erasmus Huis. Para Alumni Permata PhotoJournalist Grant (PPG) dari Angkatan I-V berhak mengirimkan aplikasi, yang akan diseleksi oleh Kadir van Lohuizen (NOOR Photo Agency).

Penerima Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam tahun ini adalah Dwi Prasetya (Bisnis Indonesia), yang baru menyelesaikan program PPG tahun ini. Sebagai penerima beasiswa ini, Dwi mendapat kesempatan berkunjung ke Amsterdam untuk menghadiri World Press Photo Award Days dan mengerjakan tugas membuat satu photo story dibawah bimbingan Kadir van Lohuizen.

Terima kasih kepada para alumni PPG yang telah berpartisipasi dalam mengirimkan aplikasi, tetap semangat dan berkarya. Selamat kepada Dwi!

(Foto: Hanggi Tyo)

 


Inagurasi & Pembukaan Pameran Foto INDONESIAN INTANGIBLE HERITAGE - 7 April 2016

Gabung Pembukaan Pameran PPG

 

Pembukaan Pameran Foto INDONESIAN INTANGIBLE HERITAGE berlangsung pada Kamis, 7 April 2016 di PermataBank, WTC II, Jakarta. Acara dimulai dengan inagurasi ke-10 pewarta foto Indonesia yang telah menyelesaikan program Permata Photojournalist Grant 2015, dilanjutkan dengan pembukaan pameran di lobby WTC II.

Hadir Mr. Julian Loong Choon Fong – Vice President Director PermataBank, Mrs. Ineke de Hoog – Deputy Head Public Diplomacy & Cultural Affairs (Embassy of the Kingdom of the Netherlands) dan Ibu Catrini Pratihari Kubontubuh – Direktur Badan Pelestarian Pusaka Indonesia dalam acara yang dihadiri oleh rekan-rekan media, komunitas fotografi, pebisnis, pecinta seni dan publik. Cameron treble untuk umum, berlangsung hingga 5 Mei 2016.

Dalam acara pembukaan pameran ini juga diumumkan peraih  program beasiswa Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam yaitu Dwi Prasetya alumni PPG angkatan V (Harian Bisnis Indonesia) yang meraih program beasiswa akhir April 2016 ini.

Selain itu, pengumuman peraih  program beasiswa Erasmus Huis Fellowship to Amsterdam 2016 juga diumumkan pada saat acara, yaitu Dwi Prasetya (Bisnis Indonesia), penerima PPG tahun ini. (Foto: Hanggi Tyo)


Pameran Foto INDONESIAN INTANGIBLE HERITAGE | 7 April 2016

Poster Promo PPG 2014_v3

PermataBank dan Erasmus Huis, bersama PT Jakarta Land mempersembahkan

Pameran Foto INDONESIAN INTANGIBLE HERITAGE

 

Karya 10 Pewarta Foto Penerima Permata PhotoJournalist Grant 2015

Adhi Wicaksono – Deden Iman Wauntara – Dwi Prasetya – Galih Pradipta – Gregorius Bhisma Adinaya – Hariandi Hafid – Hendra Agus Setyawan – M. Agung Rajasa – Rakhmawaty La’lang – Seto Wardhana

 

Pengumuman Penerima Erasmus Huis Fellowship To Amsterdam 2016

Pembukaan

Kamis, 7 April 2016

Pukul 18.30 WIB

 

Pameran

7 April – 5 Mei 2016

Pukul 09.00-20.00 WIB

 

Lobby Area

World Trade Centre 2 Building

WTC Complex

Jl. Jenderal Sudirman Kav 29-31, Jakarta 12920

 

Informasi selengkapnya

www.permata-photojournalistgrant.org


Sesi Workshop Kelas PPG: Diskusi Review Foto & Multimedia bersama Kadir van Lohuizen (NOOR)

Gabung Sesi kelas bersama KVLSesi Workshop kelas PPG: Diskusi Review Foto & Multimedia yang berlangsung selama dua hari yaitu Rabu, 17 Febuari 2016 - Kamis, 18 Februari 2016 di WTC II, Permata Tower dengan mentor Kadir van Lohuizen (NOOR). (Foto: Hanggi Tyo)


Presentasi Foto The Necessity of In-Depth PhotoJournalism bersama Kadir van Lohuizen (NOOR)

Gabung Sesi KVL Bersama Para EditorSebagai rangkaian program Permata PhotoJournalist Grant 2015 pada tanggal 16 Februari 2016 bertempat di PermataBank WTC II, Permata Tower. Acara ini diselenggarakan oleh PermataBank dan Erasmus Huis dengan mengundang Kadir van Lohuizen (NOOR) berbagi perspektif tentang pentingnya laporan fotojurnalistik yang memiliki kedalaman cerita dan dilanjutkan dengan sesi diskusi yang turut dihadiri redaktur-redaktur media tentang masa depan fotojurnalistik di era digital saat ini. (Foto: Hanggi Tyo)


PENDAFTARAN TRAINING OF TRAINERS (TOT) | HINGGA 26 FEB 2016

 

Poster ToT PPG 2015

PermataBank dan Erasmus Huis mempersembahkan:

TRAINING of TRAINERS (ToT)
Rangkaian program Permata PhotoJournalist Grant 2015

Workshop intensif selama 3 (tiga) hari yang didedikasikan untuk mengembangkan kemampuan mengajar. Dengan fasilitator mentor Permata Photojournalist Grant dari PannaFoto Institute yang telah mendapat pelatihan ToT dari World Press Photo.

Selasa, Rabu, & Kamis
1, 2 & 3 Maret 2016
09.30 – 17.00 WIB

PermataBank
WTC II, Lantai 21, Gallery & Ruang Nusantara
Jl. Jend. Sudirman Kav. 29 - 31
Jakarta 12920

Syarat dan Ketentuan :
· Program ini terbuka bagi Alumni Permata Photojournalist Grant, pewarta foto dan pewarta foto lepas, pengajar fotografi di Indonesia.
· Memiliki pengalaman sebagai mentor/pengajar/pembicara dibidang fotografi di berbagai kesempatan.
· Terbatas bagi 10 peserta.
· Batas penerimaan aplikasi ditutup hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 20.00 WIB.
· Bagi yang berminat mengikuti pelatihan ini dapat :
o Mengisi formulir pendaftaran yang disediakan di www.permata-photojournalistgrant.org atau mengajukan permintaan melalui email : info@pannafoto.org
o Mengirimkan formulir pendaftaran dan portoflio berupa satu photo story. Maksimal 20 foto, ukuran 72 dpi, sisi terpanjang 1200 pix dan kompresi 8.
o Dikirimkan ke : info@pannafoto.org.

Informasi dan Pendaftaran lebih lanjut : www. permata-photojournalistgrant.org

CP

Swan Ti (0812 979 0802)

Tejo (0812 1258 5208)

info@pannafoto.org

Formulir Pendaftaran ToT_FINAL


Sesi 16 Kelas PPG: Editing 4

280116_PPG SESI 16

 

Tak terasa hampir tiga bulan sudah ke-10 peserta Permata Photojournalist Grant 2015 (PPG) mengikuti kelas PPG yang rutin berlangsung selama dua kali dalam seminggu. Di tengah kesibukan mereka yang padat sebagai fotojurnalis harian, mereka berhasil menyelesaikan Sesi ke-16 pada hari Kamis, 28 Januari 2016, yang tak lain merupakan sesi terakhir sebelum nantinya sesinya menyelesaikan final editing dan mengikuti workshop intensif bersama Kadir Van Lohuizen, fotografer Belanda pemenang World Press Photo.

Di sesi terakhir Kelas PPG ini, seluruh mentor, mentor tamu, dan co-mentor hadir mendampingi sekaligus saling berdiskusi dalam menyiapkan final editing photo story masing-masing. Edy Purnomo bersama co-mentor Yoppy Pieter dan Rosa Panggabean membantu para peserta dalam membangun story (developing story) serta menyusun sekuens. Sementara untuk kebutuhan multimedia, sebagai mentor tamu, Ramadian Bachtiar banyak berdiskusi dengan para peserta mengenai infrastruktur, penggunaan software atau program editing, dan kerangka naratif.

“Kemampuan mendeterminasi masalah merupakan satu hal penting yang harus disadari oleh para peserta. Tapi yang terpenting dari kelas PPG ini adalah baik peserta maupun mentor sama-sama belajar. Kita semua sama-sama belajar disini,” ujar Rosa Panggabean, salah satu alumni PPG dan penerima fellowship to Amsterdam yang tahun ini terlibat sebagai co-mentor Kelas PPG.

Sebagai mentor yang sudah bergabung bersama Kelas PPG selama lima tahun, Edy Purnomo juga menambahkan pentingnya untuk terus memotret dan membuat progress. Menurut Edy, dengan adanya progress, para peserta bisa mengukur kemampuan masing-masing dan menemukan masalah di lapangan saat pengerjaan story agar bisa saling berdiskusi untuk mencari solusi bersama-sama.

Hal-hal terkait teknis, story building, caption, kendala di lapangan, kejelian menangkap dan menentukan conflicting issues juga merupakan beberapa hal yang juga dibahas bersama para mentor dan co-mentor.

Di tengah suasana haru karena kelas PPG telah selesai, Swanti yang bertindak sebagai Principal Kelas PPG tak lupa menyampaikan pesannya kepada para peserta.

“Berakhirnya kelas PPG selama 16 kali pertemuan bukan berarti menyelesaikan semuanya. Justru dengan berakhirnya kelas PPG, ini merupakan awal bagi para peserta untuk mengembangkan diri dan karya masing-masing ketika program ini selesai,” (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)


Sesi 15 Kelas PPG: Riset dan Proposal 2

260116_PPG SESI 15

 

Setelah sebelumnya mendapatkan materi dasar-dasar tentang Riset dan membuat Proposal, di pertemuan ke-15, Kelas PPG kembali mengundang mentor tamu Firman Firdaus, Editor Teks National Geographic Indonesia untuk memberikan materi lanjutan tentang Riset dan Proposal pada hari Selasa, 26 Januari 2016.

Bertempat di Permata Tower, WTC II, Jakarta, pria yang akrab dipanggil Daus ini menyampaikan materi tentang tips dalam menulis prolog sebuah photo story, bagaimana menulis kalimat naratif, membuat kalimat deskriptif, hingga elemen-elemen apa saja yang perlu dimasukkan saat menulis prolog photo story maupun proposal. Menurut Daus, sebagai seorang fotojurnalis, terkadang kita perlu meluangkan waktu untuk menulis pengantar photo story yang sudah kita buat. Pasalnya, sama hal nya seperti karya visual, dalam teks pembuka pun kita perlu menyusun kalimat sepadat dan seringkas mungkin namun tetap mampu menarik pembaca untuk membaca atau mencari tahu lebih jauh akan photo story yang kita buat.

Daus juga menyertakan beberapa contoh prolog sebuah photo story untuk sama-sama didiskusikan dengan para peserta. Diantaranya prolog photo story karya salah satu pemenang World Press Photo Carlos Javier Ortiz, fotografer National Geographic Joel Sartore, Olivier Laurent, juga beberapa photo story lokal yang pernah dimuat National Geographic Indonesia.

"Menyertakan data-data yang akurat atau dahsyat, mendeskripsikan gesture seseorang, menggambarkan situasi, merupakan salah satu tips yang bisa menjadi punchline saat membuat prolog atau kata pengantar sebuah photo story," ujar Daus.

Masih menurut Daus, pilihan kata, pilihan isu, pilihan data, serta banyak membaca merupakan beberapa tips agar pembaca maupun publik lebih menikmati foto kita; Tak hanya secara visual tapi juga informasi baru yang mereka dapatkan dengan membaca photo story kita.

Di sesi kelas yang berlangsung selam tiga jam ini, para peserta juga mendapatkan materi tambahan lainnya yakni tentang Caption dan Cutlines serta perbedaan keduanya. Dengan pengalamannya sebagai editor tulis, Daus kembali mengingatkan para peserta PPG bahwa foto pada dasarnya memiliki sifat ambigu sehingga foto tanpa disertai teks, cutlines, atau caption tentunya rentan membuat pembaca atau publik menafsirkan banyak hal.

"Image memiliki sebuah kekuatan visual sendiri dan teks justru menambah kekuatan dari sebuah image," kata Daus saat mengakhiri kelas. (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)


Sesi 14 Kelas PPG: Photo Story 3

160126_PPG Sesi 14

 

"Do your research and surprise yourself with the new knowledge about your story,"  ujar Sasa Kralj, mentor tamu asal Kroasia saat menyampaikan materi Photo Story 3 secara online. Di pertemuan Kelas PPG yang ke-14 pada hari Jumat, 22 Januari, Sasa tak hanya membahas perihal teknis tapi juga pentingnya menemukan hal-hal baru, memanfaatkan beragam pengetahuan teknis dalam dunia fotografi sebagai medium untuk menyampaikan emosi di dalam setiap karya foto dan personal statement sebagai seorang fotojurnalis.

Menurut Sasa, seorang fotojurnalis yang baik tidak hanya seorang fotorgafer yang menempatkan diri di belakang lensa dan memposisikan diri sebagai observer. Sangatlah penting untuk mengenali betul subjek yang akan difoto, membuka diri dengan berbagai sudut pandang, bahkan jika perlu memposisikan diri sebagai si subyek.

"In a spiritual sense, sometimes we need to be the subject," tegas Sasa.

Masih menurut Sasa, photo story yang kuat (powerful) merupakan hasil dari kombinasi antara kekuatan sebuah foto secara visual maupun menyentuh sisi logika. Dalam photo story, Ia menyebutnya sebagai level conscious dan sub-conscious dimana caption bermain dalam ranah conscious level, sementara foto merupakan ranah sub-conscious level.

Tak tanggung-tanggung, Sasa bahkan menantang para peserta untuk berani sedikit lebih 'gila' dalam berkarya. Menurutnya, di dalam dunia fotografi, terlalu banyak fotografer bagus dengan karya-karya yang biasa, tapi masih kurang banyak fotografer yang 'gila' yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa.

"As long as you do normal photography, it's not good enough. And 'gila' doesn't come from technique and knowledge. 'Gila' doesn't come from knowing how and where to put the light and flash, slow exposure, and so on. 'Gila' doesn't come from that. That's normal. 'Gila' comes from looking at the world upside down when everybody works normal."

Mengenai kriteria atau trik menghasilkan sebuah foto yang bagus atau powerful, bagi Sasa tidak ada 'resep khusus'.

"There is no recipe. The fact is that you need to have an attitude and knowledge to support it. Most importantly, the pictures are not about what you saw, but it's about you in that story."

Dari lantai 21, Permata Tower, WTC II, Jakarta, di kelas yang berlangsung selama tiga jam ini, Sasa juga membahas photo story masing-masing para peseta PPG 2015. Beberapa masukan serta saran disampaikan oleh Sasa terutama beberapa strategi untuk menghindari photo story yang hanya bersifat deskriptif, lebih peka dengan keadaan sekitar, fokus, yakin, serta percaya diri dengan setiap photo story yang dikerjakan. Dan karenanya, tentu dibutuhkan pengetahuan untuk mendukung keyakinan, statement, serta argumentasi sebagai seorang fotojurnalis.  (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)


Sesi 13 Kelas PPG: Panel Presentation

190115_PPG SESI 13

 

Sesi Panel Presentasi (Panel Presentation) merupakan salah satu sesi yang paling menarik dan sesi yang paling ditunggu. Pasalnya, di sesi ini ke-10 peserta workshop untuk pertama kalinya mempresentasikan dan memaparkan progres photo story yang sedang mereka kerjakan selama mengikuti workshop.

Bertempat di Midtown Bistro & Lounge, Jakarta, pada hari Selasa, 19 Januari 2016, masing-masing peserta memaparkan photo story yang sedang mereka kerjakan di hadapan Tim Panelis yang terdiri dari Leila Djafaar (EVP-Head Corporate Affairs PermataBank), Eka Budianta (Anggota Dewan Pakar BPPI - Badan Pelestarian Pusaka Indonesia), dan Oscar Motuloh (Kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara).

Ketiga anggota Tim Panelis yang datang dari latar belakang berbeda-beda ini, memberikan masukan, saran, serta kritik yang bersifat membangun bagi para peserta. Dari Leila Djafaar sendiri, para peserta banyak mendapatk masukan mengenai pentingnya ketepatan dan kejelian fotografer dalam memilih dan menentukan opening serta closing photo dalam story-nya. Begitu juga dengan sekuens (urutan foto) dan editing saat menyusun photo story.

“Sebetulnya dari photo story dengan tema Intangible Heritage yang dibuat oleh rekan-rekan fotojurnalis kita, ini bukan sesuatu yang baru karena tema ini sebetulnya lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Tapi yang menjadi tantangan setelah saya melihat Panel Diskusi hari ini adalah bagaimana mereka (fotojurnalis) tidak hanya mampu menampilkan story dalam sebuah rangkaian foto bertutur, tapi juga menampilkan emosi yang bisa kita rasakan ketika melihat foto-foto tersebut,” ujar Leila di sela-sela acara Panel Diskusi.

Sementara dari anggota Tim Panelis lainnya, Eka Budianta mewakili BPPI, lebih banyak menyoroti sisi-sisi Intangible Heritage dari setiap photo story para peserta. Menurutnya, terkait dengan pemilihan tema “Heritage”, ia berharap para fotografer tidak hanya terjebak untuk menampilkan karya yang indah secara visual, namun juga idealnya harus memiliki content dan pesan serta makna Heritage itu sendiri. Bahwasanya banyak hal menarik yang bisa bisa dieksplor lebih jauh dan itu tentunya membutuhkan riset dan kejelian seorang fotografer.

Setelah mendengarkan pemaparan dan presentasi karya dari para peserta, ia menyampaikan, “Saya berharap para peserta PPG ini tidak hanya memainkan peran sebagai seorang fotografer, tapi juga fotojurnalis dimana ia harus melakukan fungsi serta sisi-sisi jurnalistik dalam karyanya.”

Sama halnya dengan kedua anggota Tim Panelis lainnya, sosok fotojurnalis senior Oscar Motuloh banyak memberikan masukan dari sisi foto jurnalistik.

“Dari sisi pengalaman, para peserta PPG adalah para fotojurnalis yang sudah bekerja selama beberapa tahun. Artinya, dari sisi teknis dan pengalaman, mereka sudah sangat mahir. Program ini cukup bagus, karena menantang mereka untuk membuat sebuah karya yang tidak hanya menceritakan dongeng-dongeng si subjek dalam story mereka. Tapi disini mereka dituntut untuk berkarya dan beropini. Membuat photo story dengan kekuatan personal opinion mereka. Dan ini penting sebagai seorang fotojurnalis,” tutur Oscar.

Acara Panel Presentasi ini berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Selain dihadiri oleh Tim Panelis, turut hadir beberapa tamu undangan dan para partner program PPG; Michael Rauner (Direktur Erasmus Huis), Sinartus Sosrodjojo (Advisory Board PannaFoto), para alumni PPG, serta mentor dan mentor tamu. Sesi Panel Diskusi yang berlangsung cukup hangat ini diakhiri dengan ramah-tamah dan foto bersama. (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)

 

 


Sesi 12 Kelas PPG: Photo & Multimedia Presentation

160115_PPG SESI 12

 

Orang bijak mengatakan, pengalaman adalah guru yang paling baik. Tidak hanya belajar dari pengalaman pribadi, tapi belajar dari pengalaman orang lain pun juga bisa memberikan pelajaran berharga. Dan di sesi ke-12 Kelas PPG, para peserta kali ini tidak belajar secara teori, tapi belajar dari pengalaman para alumni dan rekan fotografer freelance yang akan berbagi pengalaman.

Masih bertempat di Kelas PPG di WTC II, Permata Tower, Jakarta, Kelas PPG pada hari Jumat (15/1) lalu mengundang Ramdani, fotografer Media Indonesia, yang akan berbagi pengalamannya dalam membuat photo story di media serta personal project. Di sesi I ini, Ramdani yang juga merupakan alumni PPG angkatan ke-3, banyak berbagi tips bagaimana menyiasati waktu dan berjibaku dengan deadline fotografer harian namun masih mampu menyempatkan diri untuk membuat photo story. Termasuk pentingnya menyiapkan konsep sebelum memotret, memperjuangkan proposal photo story ke editor foto, kendala waktu, riset, mencari ide story, dan salah satu yang penting adalah menemukan teman diskusi.

“Bagi kita, fotografer harian, waktu sering menjadi kendala. Tapi itu bukan alasan. Karena untuk bisa produktif dan terus berkarya adalah melawan rasa malas dan terus memupuk rasa ingin tahu,” papar pria yang akrab disapa Unank ini.

Sebagai fotografer harian yang tentunya sangat ketat dengan jadwal memotret dan berburu berita, Unank termasuk fotojurnalis harian yang sangat produktif dalam berkarya. Selama 5 tahun sebagai fotojurnalis, total ia sudah menghasilkan 70 photo story. Baginya, posting liputan yang berbeda-beda justru terkadang menguntungkan Unank untuk mengerjakan story yang berbeda-beda. Story apapun yang akan ia kerjakan, ia selalu terlebih dahulu melakukan riset lapangan dan menyiapkan konsep photo story yang akan digarap.

Selain menceritakan pengalamannya, berbagi tips & trik, di Sesi 1 ini, Unank juga sempat memperlihatkan beberapa photo story yang pernah ia kerjakan dan telah dimuat di media tempat ia bekerja. Mulai dari photo story tentang para pemudik, lumpur lapindo, air rusunawa, sepeda di Jogjakarta, atau bahkan kisah mengenai TKI di Hong Kong yang sangat perduli dengan fashion.

Memasuki sesi ke-2, Rony Zakaria berbagi pengalamannya dari sisi fotografer dokumenter lepas (freelance documentary photographer). Rony yang karya-karyanya banyak dimuat oleh berbagai media internasional banyak berbagi tips cara-cara bekerja dengan media luar, termasuk bagaimana memperluas networking, bagaimana cara memulai karier sebagai freelancer, pentingnya mempunyai portfolio yang kuat dan mengirimkannya ke media-media, juga bagaimana membina relasi dengan para foto editor dari media-media internasional.

“Menjadi seorang freelancer itu artinya kita punya banyak waktu dan tantangannya adalah kita harus selalu mencari cara bagaimana kita me-manage waktu. Setiap ada waktu luang, gunakan waktu itu untuk melakukan riset, memotret, dan terus ber-progress dengan mencari kesempatan-kesempatan baru seperti mengikuti workshop atau mengajukan grant,” kata Rony.

Sama halnya dengan Unank. Rony juga sempat memperlihatkan beberapa photo story karyanya yang pernah dimuat di berbagai publikasi luar negeri serta projek multimedia yang pernah ia garap. Kelas pun berakhir dengan sesi tanya-jawab serta diskusi foto bersama Unank maupun Rony. (OKKY /foto: Hanggi Tyo)

 


Sesi 11 Kelas PPG: Multimedia 3

160112_PPG SESI 11

 

"Bahasa visual antara motion picture dengan still picture tentunya berbeda. Sebagai fotografer yang tartarik membuat sebuah karya multimedia, kita harus memahami perbedaan bahasa antara motion dan still," kata Ramadian Bachtiar yang kembali hadir sebagai mentor tamu di Kelas PPG pada hari Selasa, 12 Januari 2016, untuk menyampaikan materi Multimedia 3.

Selain menjelaskan beberapa perbedaan bahasa visual antara motion dan still picture, di sesi ini para peserta dan mentor juga kembali mendiskusikan beberapa materiMultimedia sebelumnya yang telah mereka pelajari, seperti story vehicle, kerangka cerita (storyline), strukturisasi audio berdasarkan story yang akan dibuat, dan pentingnya menggunakan alat yang tepat untuk keperluan yang tepat mengingat di dalam pengerjaan multimedia, kualitas audio sangatlah penting.

Di dalam kelas yang terbagi dalam dua sesi ini, sosok yang akrab dipanggil Rama ini, juga menjelaskan jenis-jenis mic beserta penggunaannya, tips & trick untuk menghasilkan rekaman audio yang berkualitas, serta beberapa hal yang menentukan kualitas audio saat melakukan rekaman. Beberapa peserta juga memperdengarkan audio hasil rekaman untuk mendapatkan masukan dan saran dari Rama.

Berlanjut ke sesi kedua, para peserta mempelajari materi baru tentang editing. Menurut Rama, ada begitu banyak definisi 'editing', namun di dalam multimedia, secara technical aspect, editing yang dimaksud  adalah membangun cerita; Dimana kita memilih kemudian menggabungkan beberapa foto serta audio.

Lebih detail tentang editing, Rama juga menjelaskan tentang pentingnya melakukan paper edit, mestrukturisasi story yang akan dibuat, bagaimana cara membuat storyline dan beberapa contoh storyline, filosofi editing, story development (membangun cerita), jenis-jenis transisi, dan berbagai dimensi dalam film editing.

"Editing di dalam multimedia maupun photo story (still picture) memang agak berbeda. Tapi ketika seorang fotografer ingin membangun sebuah cerita di dalam story yang ia kerjakan - baik itu berupa multimedia ataupun photo story - hal terpenting adalah motivasi dari story kita dan kenapa story itu harus dibuat," tegas Rama sebelum mengakhiri kelas. (OKKY/ foto: Hanggi Tyo)