Seminar Foto Permata Photojournalist Grant XI bersama Sebastian Liste

PermataBank dan PannaFoto Institute mengundang fotografer pemenang perhargaan Sebastian Liste (Spanyol/Brazil) untuk mengampu seminar foto dalam rangka Permata Photojournalist Grant XI COURAGE.

Selasa, 5 Juli 2022
Pukul 19.00-20.30 WIB (GMT +7)

Dalam seminar ‘Beyond the Single Images’, Liste akan membagikan pengalamannya dalam membuat proyek dokumenter berdurasi panjang dan bersifat mendalam. Banyak dari proyek yang digarapnya berfokus pada eksplorasi kehilangan dan trauma; dampak yang ditimbulkan manusia pada lingkungan; dan refleksi mengenai tempat, keluarga, dan memori.

Seminar akan diantarkan dalam bahasa Inggris, dengan opsi interpretasi bahasa Indonesia. Klik bit.ly/PPGXIPHOTOSEMINAR atau klik link di bio untuk bergabung dalam seminar!

#CaptureYourStoryCloser #PermataPhotojournalistGrant #PPG #Photojournalist #FotoJurnalistik #FotoJurnalis #Photojournalism #Fotografi #Photography


Elemen Foto Cerita Bersama Rosa Panggabean (PYP 2022)

Kamis (30/06/2022), sepuluh fotografer muda dan para mentor kembali bertemu di kelas daring Permata Youth Photostory (PYP) 2022. Di pertemuan kali ini, Rosa Panggabean (mentor dan fotografer lepas), memberi materi Pengantar Foto Cerita. Rosa membuka presentasi dengan menjelaskan, “Foto cerita adalah rangkaian foto. Jika fotonya satu, namanya foto tunggal, bukan rangkaian foto.”

Foto cerita merupakan satu kesatuan antara foto dan teks, mengangkat tema tertentu. Terdiri dari pembuka, isi dan penutup. Ada beberapa elemen foto cerita yang dapat membantu kita untuk membuat foto cerita terutama bagi pemula. Enam elemen foto cerita ini dikutip dari Life Magazine yang menerapkan panduan standar keragaman gambar bagi fotografer yang sedang bertugas jauh dari kantor pusat. Elemen-elemen ini bukanlah teori absolut atau menjadi pakem dalam membuat foto cerita yang bersifat naratif. Kita dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan kita.

Elemen pertama adalah Pembuka atau Pengantar (Establishing Shot). Ini adalah gambar pertama yang mampu menarik dan menggiring pembaca masuk ke dalam cerita, biasanya membawa kita ke lokasi cerita. Tak jarang, di bagian ini  memuat elemen penting lainnya. Terutama karakter penting di dalam tuturan; sang tokoh. Elemen kedua adalah Potret (Portrait; portraiture). Elemen ini merupakan foto potret dari sang tokoh (character) atau pelaku-pelaku utama dalam cerita. Bisa berupa potret tungga;, bisa pula potret kelompok (group portrait

Elemen berikutnya adalah Interaksi (Interaction), yaitu potret interaksi hubungan antar pelaku cerita atau pelaku dengan lingkungannya. Baik secara fisik, emosi, psikologis atau secara profesional. Elemen keempat yaitu Penanda Utama (Signature). Elemen Penanda Utama hampir mirip dengan Elemen Interaksi, namun disini potret interaksi menjadi momen penentu. Satu foto, yang bila terpaksa, bisa mewakili keseluruhan cerita– menandai atau menggambarkan adanya perubahan. Sebuah Signature biasanya berupa suatu ‘Moment Shot’. Dimana aksi, si tokoh utama atau tokoh-tokoh yang terlibat dan lingkungannya terangkai dalam suatu komposisi yang memberi kesan mendalam (terdapat unsur drama).

Elemen selanjutnya adalah Detil (Detail). Elemen ini merupakan sesuatu yang kehadirannya sangat penting di dalam cerita, berfungsi untuk ‘memikat’ perhatian, agar pembaca mau meluangkan waktu untuk memperhatikan. Karena fungsi ini lah Detail dapat digunakan untuk menentukan langkah kecepatan (pace) alur cerita. Detil bisa berupa apa saja, tidak harus benda atau potret close-up, yang penting signifikansinya dalam cerita. Elemen terakhir yaitu Penutup (Clincher), sebuah foto terakhir yang menggambarkan situasi akhir atau penegasan untuk menutup cerita. 

“Jika mempunyai sebuah gagasan atau tema cerita, sebaiknya gagasan dituliskan dalam satu kalimat. Itu akan membantu kita dalam menentukan apa yang akan kita potret hari itu,” ujar Rosa. Ia lalu memberi contoh satu foto cerita sederhana dan mengurai cara-cara agar dapat memvisualkan sebuah gagasan. Rosa juga memberi kiat-kiat penting agar proses produksi cerita lebih efektif. Salah satunya adalah mengambil beberapa alternatif foto dari setiap elemen.

Metode cerita foto sederhana patut dicoba oleh fotografer pemula. Secara singkat; menentukan gagasan/tema cerita, lalu memotret dan mereview, serta menyusun foto dengan menentukan foto pembuka-isi-penutup merupakan langkah-langkah untuk mempermudah membuat foto cerita. Rosa mengingatkan fotografer muda untuk terus mengasah dan mengeksplorasi kemampuan fotografi dasar (komposisi, lighting, warna, dst) agar hasil cerita foto menjadi maksimal. 

Para peserta mengikuti rangkaian kelas yang akan dilaksanakan setiap hari Kamis hingga 14 Juli 2022. Ikuti kanal sosial media Permata Photojournalist Grant untuk info terkini program Permata Youth Photostory (PYP) 2022.


Webinar PYP: Healing in Nature

Program terbaru Permata Bank dan PannaFoto Institute, Permata Youth Photostory (PYP) 2022, diramaikan dengan seri webinar fotografi Permata Youth Photostory 2022 (17 Mei - 30 Juni). Di seri ini, para pelaku fotografi dapat mencari inspirasi dengan mendengar lebih banyak JOURNEY dari para praktisi fotografi yang berpengalaman.

Kamis (30/06/2022), program webinar gratis memasuki sesi terakhir. Webinar dibuka dengan pemutaran kembali video program PYP sebagai perluasan program PPG dan dipandu oleh Ibu Ng Swan Ti selaku Managing Director PannaFoto Institute. Selanjutnya, Andre Sebastian selaku Head of External Communications PermataBank memberi sambutan sekaligus apresiasi kepada seluruh mitra yang turut mendukung terlaksananya Permata Youth Photostory (PYP) 2022.  

Pendidik fotografi sekaligus pecinta alam Edy Purnomo menceritakan kisahnya menjelajahi alam bebas di berbagai daerah. Dalam perjalanannya, ia menemukan jeda dari kesibukan untuk refleksi diri dan inspirasi baru yang berfungsi sebagai tombol reset dalam kehidupan profesionalnya. Beawiharta, pewarta foto kawakan, membuka sesi dengan menceritakan dua buku foto karya Edy Purnomo, “Passing” dan “Wildtopia”. “Buku Wildtopia buatku adalah masterpiece Edy karena di sini dia berbicara soal alam, binatang, manusia dan perubahan iklim. Banyak fotografer bicara climate change dengan rumit, Edy berbeda. Ia menyajikannya dengan sederhana. Sebagai pendidik, pengamatannya tentang hewan dan alam disajikan seperti buku anak-anak untuk pengantar tidur,” ungkap Beawiharta. 

Kecintaan Edy Purnomo pada alam telah tumbuh semenjak usia kanak-kanak. “Healing in Nature” merupakan refleksi masa kecilnya di kampung halaman. Alam dan pendidikan adalah dua hal yang meramaikan masa kecilnya. Ia berusaha memberi jarak antara kecintaan pada alam dan rutinitas harian agar semangat hidupnya tak padam. 

Perjalanan Edy dengan fotografi membawanya berkarir di Agence-France-Presse, kantor berita Perancis di Indonesia. Ia menjadi saksi sejarah dan memotret aksi-aksi demonstrasi yang terjadi di tahun 90-an. Setelah masa reformasi, Edy mengalami kebuntuan dalam berkarya. Untuk membebaskan diri dari creative block, ia melakukan perjalanan ke Nepal, destinasi impiannya sejak kecil. Pada 2003 ia memberanikan diri mendaki Gunung Everest untuk pertama kalinya. Selain menikmati keindahan alam Nepal, ia juga berinteraksi dengan penduduk lokal. Dokumentasi perjalanannya di Nepal sempat dimuat di majalah lokal dan membawanya bertransisi dari pewarta foto ke fotografer lepas yang kerap mengkombinasikan alam ke karyanya.

Bagi Edy Purnomo, apa pun pekerjaanya, jika dijalankan tanpa passion atau sekadar menjadi rutinitas, maka hasilnya tidak akan maksimal. Saat mengalami kejenuhan, Edy pergi ke alam bebas dan menemukan kembali kecintaannya pada fotografi. Seiring berjalannya waktu dan teman perjalanan yang berkurang, ia mulai sering menjalani solo travelling ke alam bebas. Dengan perjalanan alam, ia membuka semua panca indera dan memberi jeda agar dapat memperhatikan sekeliling dengan lebih seksama. Alam bebas memberikannya banyak hal untuk direfleksikan. Ia juga menekankan pentingnya persiapan keamanan agar zero accident saat melakukan solo travelling.

Edy menjawab pertanyaan salah seorang fotografer muda terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam storytelling, yakni dengan menguasai medium fotografi itu sendiri dan belajar memahami teknik storytelling yang berkaitan dengan cerita apa yang ingin kita ungkapkan. “Perpaduan keduanya– ketertarikan pada hal yang ingin diceritakan dan penguasaan medium fotografi menjadi kunci,” kata Edy.

Kunjungi permata-photojournalistgrant.org untuk mendapat inspirasi dari para praktisi fotografi yang berpengalaman melalui seri program fotografi oleh PannaFoto Institute.