Setelah minggu lalu mendapatkan materi berupa teori dasar Visual Literacy, di Sesi 9 Kelas PPG yang berlangsung pada hari Selasa (12/11), para peserta kembali diajak bermain-main dengan teori dan mendiskusikan berbagai foto untuk lebih memahami dan mendalami Visual Literacy.

Selama 30 menit pertama, Ahmad ‘DeNy’ Salman yang menjadi mentor di sesi Visual Literacy II, mengulang sekilas beberapa materi yang sebelumnya telah diberikan. Seperti Foreground & Background dalam fotografi serta Prinsip-prinsip dalam Teori Gestalt. Tak lama setelah itu, peserta diajak mendiskusikan beberapa foto dari kacamata prinsip-prinsip dalam Gestalt.

Pada sesi kelas yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini, mentor menyampaikan materi kepada para peserta bahwasanya image atau foto selalu berkomunikasi di dua level, yakni Editorial Level (5W + 1H) dan Visual Level (The body language of the picture). Namun menurut Deny, tantangan terbesar bagi sorang fotografer adalah mampu menciptakan karya foto yang memiliki kekuatan dan karakter tersendiri di wilayah Visual Level yang tentunya menuntut kejelian dan wawasan seorang fotografer.

“Tahap Visual Level adalah tahap yang cukup penting terutama saat memasuki proses editing. Karena itu, menjadi penting bagi seorang fotografer untuk memperkaya referensi visual agar tidak terbatas pada pilihan-pilihan,” ujar Deny.

Untuk melengkapi pemahaman para peserta akan Visual Literacy, beberapa materi lain yang juga disampaikan antara lain tentang detail, cropping, arah, stability dalam foto, dll. Hampir seluruh peserta tampak sangat menikmati proses ‘membaca’ foto sekaligus mempraktekkannya saat ‘membaca’ foto karya masing-masing dan foto karya sesama peserta kelas PPG.

“Agak pusing sih dengan teori-teorinya, tapi setelah itu mulai penasaran dan membangun kesadaran untuk mempraktekkan dan coba memotret berdasarkan teori Visual Literacy,” kata Fikri Adin, salah satu peserta kelas PPG asal Purwokerto.

Menurut Fikri yang saat ini bekerja sebagai fotografer Harian Pagi Satelit Post, dengan mengenal dan memahami Visual Literacy, seorang fotografer bisa bermain-main dengan persepsi penikmat foto yang melihat karya kita. Lebih lanjut Fikri menambahkan, “Bukan cuma bermain-main dengan imaji dan persepsi saja, tapi secara tidak langsung kita juga meningkatkan kualitas foto kita.” (AWS)