Hujan deras yang akhir-akhir ini mengguyur kota Jakarta rupanya tidak menyurutkan semangat 10 para peserta PPG untuk tetap datang dan mengikut Sesi 10 Kelas PPG yakni Photo Editing bersama Beawiharta yang kembali hadir untuk kedua kalinya sebagai mentor tamu.

Kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi bersama fotografer senior Reuters ini tentunya tidak disia-siakan oleh para peserta. Di sesi Photo Editing II ini, para peserta menunjukkan progress dan beberapa foto terbaru untuk final project photo story masing-masing. Beawiharta bersama dua mentor PPG lainnya, Edy Purnomo dan Ahmad ‘DeNy’ Salman secara bergantian memantau, menyunting, dan memberikan masukan serta saran untuk setiap peserta.

Setelah melihat progress photo story setiap peserta, menurut Edy sudah ada beberapa kemajuan dari hasil karya para peserta, salah satunya mulai terlihat bentuk dan karakter photo story masing-masing. Namun di satu sisi, Edy juga mengajak para fotografer untuk pelan-pelan coba meninggalkan memotret di wilayah aman agar membuka peluang untuk mendapatkan foto-foto yang lebih bagus namun berkarakter.

Masih menurut Edy, beberapa hal penting lainnya yang perlu diingat dalam membangun sebuah photo story yakni perlunya detail dan bridge penyambung  yang secara tidak langsung bisa menjadi penghubung yang mewakili subjek atau karakter dalam photo story yang akan diangkat.

“Detail atau bridge penghubung itu perlu, bukan sekadar menampilkan hal-hal yang bersifat informatif tapo juga mewakilik karakter si subjek tanpa harus menampilkan si subjek itu sendiri di dalam foto,” kata Edy.

Tidak jauh berbeda dengan Edy, menurut Beawiharta secara teknis dan pemilihan cerita serta isu yang akan diangkat sudah cukup bagus. Hanya saja tantangan terbesar yang dihadapi para peserta kelas PPG adalah agar tidak  terjebak hanya menampilkan foto yang bagus-bagus saja.

“Sebagai fotografer dan visual story teller, kalian jangan sekadar terjebak menghasilkan foto bagus dimana saat era digital ini semua orang bisa memotret dan menghasilkan foto bagus. Tantangannya justru bagaimana menghasilkan foto yang memiliki kekuatan secara emosi dan kedekatan dengan si subjek,” kata Beawiharta.

“Foto kalian harus jadi foto yang positif, dalam artian ketika orang-orang melihat foto-foto kalian, ada ikatan emosional dan timbul pemahaman baru serta kesadaran baru akan isu dan story yang kalian sampaikan dalam photo story kalian,” kata Beawiharta menyemangati para peserta saat mengakhiri sesi Photo Editing II. (AWS)