Memasuki sesi ke-12, tak terasa hanya tinggal beberapa minggu lagi Kelas PPG 2013 akan berakhir dimana nantinya setiap peserta akan memamerkan hasil karyanya berupa foto bertutur (photo story). Selain ‘digembleng’ dengan teori-teori, mempraktekannya di lapangan, lantas menyelesaikan satu photo story, salah satu hal penting yang cukup sering ditekankan di Kelas PPG adalah pentingnya riset dan membuat proposal yang baik bagi para fotografer.

Karenanya, di sesi ke-12 yang berlangsung pada hari Jumat (22/11) di PermataBank Tower, Jakarta, Kelas PPG menghadirkan Firman Firdaus dari majalah National Geographic Indonesia, sebagai mentor tamu. Selama 3 jam, sosok yang akrab dipanggil Daus ini menyampaikan materi presentasi tentang pentingnya riset & proposal.

 

“Riset memang melelahkan tapi penting dan harus dilakukan oleh seorang fotografer. Karena riset membuat kita menjadi terbuka dan menyadari bahwa topik yang akan kita kerjakan hanyalah bagian kecil dari satu persoalan besar yang melingkupinya,” kata Daus menjelaskan.

Secara lebih detail, Daus menjabarkan kegunaan serta hal-hal apa saja yang bisa dilakukan melalui riset. Seperti menentukan narasumber primer dan sekunder, pentingnya pengalaman pribadi (personal experiences), menghindari repetisi atau pengulangan cerita serta foto yang sama, menemukan angle baru, menemukan celah untuk membuat projek berikutnya, dan yang cukup penting adalah riset membuat fotografer lebih menghemat waktu karena sudah memiliki bekal untuk mengetahui & menentukan dimana, siapa, dan apa saja yang akan difotonya.

Setelah melakukan riset, lantas apa? Menurut Daus, dengan bekal riset yang kuat maka hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuat proposal. Meski tidak mudah tapi menurut Daus ada kalanya fotografer perlu membuat proposal sebelum mengajukan pemuatan karyanya di majalah. Daus pun kemudian memberi contoh beberapa proposal yang pernah dibuat oleh National Geographic Indonesia ke National Geographic pusat yang ada di Washington.

 

“There is no correct formula. Sebetulnya tidak ada formula untuk proposal yang baik, tapi yang penting dalam membuat proposal adalah memiliki narasi yang kuat, ada narrative flow, harus ada sesuatu yang baru, ada story line-nya, dan fotografer bisa menjelaskan bagaimana ia akan menyajikan cerita tersebut,” kata Daus.

Sesi pendalaman materi riset dan proposal pun akhirnya ditutup dengan sesi sharing dan tanya-jawab, serta feedback dari Daus untuk proposal masing-masing peserta.

Research it well, write it well, Keep it short and simple, dan why you?

Setidaknya poin-poin tersebut adalah beberapa hal yang perlu diingat sebagai kunci untuk membuat proposal seorang fotografer bisa diterima oleh editor. (AWS/foto: Radityo Widiatmojo)