Setelah melakukan proses panjang selama 2 bulan terakhir, kesepuluh peserta PPG XII: Inspiration akhirnya siap mengikuti kelas Final Editing I bersama Jenny Smets. Agar peserta mendapat arahkan lebih intensif, kelas Final Editing dibagi dua hari dengan komposisi masing-masing lima peserta.

Kurator independen berbasis di Belanda ini membuka kelas dengan wajah bungah. Ia senang, untuk pertama kalinya ia bertemu dengan peserta angkatan XII. Para mentor pun memanggil satu persatu peserta, Adwit Pramono menjadi peserta pertama. Sambil membagikan sequence foto, peserta asal Manado ini menceritakan proyek fotonya yang mengangkat isu konservasi Anoa di hutan Sulawesi Utara. “Ini cerita menarik, saya belum pernah tahu ada binatang Anoa sebelumnya,” respons Jenny. Menurutnya, secara teknis foto Adwit terlihat bagus, namun perlu perbaikan dalam peletakan urutan foto antara dokter hewan, Anoa, dan habitatnya. Diskusi berjalan hampir 30 menit hingga akhirnya Adwit, Jenny, dan para mentor menyepakati urutan foto.

Selanjutnya Endra Prakoso membawa sequence foto berkelir hitam putih. Ia, mengangkat isu yang cukup sensitif yaitu kekerasan pada Pekerja Rumah Tangga (PRT). Endra sengaja memilih hitam putih sebagai untuk menegaskan kepiluan yang dialami para korban, “Tidak semua subyek saya mau difoto karena kasusnya masih berlangsung dan dilindungi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK),” ungkapnya.

Pesan yang ingin disampaikan Endra ternyata juga ditangkap Jenny. Ia mengatakan, keputusan memilih hitam putih ini benar-benar tepat, “Saya mengapresiasi sekali keputusanmu untuk memilih foto hitam putih. Agar membangun koneksi personal, foto-foto yang berkaitan dengan NGO kita kurangi untuk digantikan dengan foto para korban,” usulnya. Kontras dengan Endra, foto-foto Himawan penuh kelir warna-warni, ia yang mengangkat cerita seorang penggemar Kpop ini menampilan aktivitas protagonis terinspirasi untuk berbuat kebaikan karena Kpop. “Dalam foto editing kita perlu melihat angle dan ekspresi subyek agar cocok jika disambungkan dengan foto sebelum atau sesudahnya,” kata Jenny. Ia pun cukup lama mengajak Himawan memilih empat foto dengan aktivitas yang sama namun berbeda angle. Setelah memilah, Jenny masih merasa kurang foto potret dari subyek, pada pertemuan berikutnya ia diminta menambahkan foto tersebut.

Sewarna dengan Himawan, Abdan juga membawa foto berkelir warna-warni. Melalui pemilihan warna, ia ingin menyampaikan kebahagiaan subyeknya yang bisa zen dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam keseharian. “Saya suka foto-fotomu, ini sangat indah. Namun saya sulit memadukan pendekatan yang berbeda dalam satu foto cerita,” ungkap Jenny. Menurutnya, idealnya satu foto cerita menggunakan satu pendekatan misal konseptual, sementara Abdan memadukan pula dokumenter. Yoppy Pieter, mentor Abdan pun setuju dengan final editing dari Jenny, “Saya sepakat ini jadi lebih mudah dipahami,”ungkapnya.

Peserta terakhir, Kristi Dwi membawa sequence foto dengan pendekatan dokumenter. Kristi menjelaskan cerita tentang perjuangan perempuan nelayan dengan singkat dan jelas, dengan penjelasan itu, Jenny dengan mudah mengerti dan memilih foto yang cocok. “Banyak foto yang bagus tapi sayang ada satu foto yang tidak fokus padahal dari segi metafor ini bagus sekali. Seorang perempuan nelayan yang tidur dengan baju daster dan siluet tembok bunga,” katanya.

Tak terasa empat jam telah berlalu. Jenny menyampaikan terima kasih kepada kelima peserta karena telah menghadirkan foto cerita yang menarik, “Harus diingat editing foto ini sangat subyektif, jika kalian ada keberatan bisa hubungi saya kapan saja dan sampaikan argumenmu,” pungkasnya.