Sesi 7 Kelas PPG: Caption bersama Sasa Kralj

“Why do we need caption?”

Pertanyaan tersebut diajukan Sasa Kralj, pengajar fotografi sekaligus fotojurnalis asal Kroasia, saat berinteraksi dengan para peserta PPG melalui video conference. Di Sesi ke-7 Kelas PPG yang berlangsung pada hari Jumat (1/11) di PermataBank Tower, Jakarta, Sasa menyampaikan materi tentang pentingnya riset dan pengetahuan seorang fotografer dalam menulis caption yang tentunya akan membuat sebuah karya foto menjadi lebih bermakna. Read more


Sesi 6 Kelas PPG: Research and Proposal

Foto ibarat guidance atau menjadi “pintu gerbang” akan isu-isu tertentu agar publik mengetahui realitas sosial yang tengah terjadi di masyarakat. Karenanya, sangatlah penting bagi seorang fotografer untuk memahami bahwa foto yang dihasilkannya nanti bukan sekadar foto yang indah namun juga foto yang memiliki value dan kekuatan dari sisi semiotika visual.

Hal tersebut selalu ditekankan Hadi Winarto, Produser salah satu program dokumenter di Metro TV, yang kembali hadir di Kelas PPG Sesi ke-6 pada hari Selasa (29/10) di PermataBank Tower, Jakarta, dengan penyampaian materi berupa finalisasi proposal dan memperdalam riset sekaligus mengevaluasi proposal masing-masing peserta.

Sebagai mentor tamu (guest mentor), menurut Hadi rencana pemotretan sangatlah penting karena itu akan mempermudah fotografer dalam menentukan pilihan momen terbaik, terutama untuk mengantisipasi unpredictable moment saat berada di lapangan.

Rencana pemotretan yang maksimal tentunya hanya bisa didapat jika seorang fotografer mampu membuat proposal berisi rencana pemotretan yang matang, riset yang kuat, disertai dengan perencanaan budget yang detail.

“Jangan pernah datang hanya dengan membawa alat (kamera), lalu jepret-jepret, dan selesai. Anda harus datang dengan perencanaan dan suatu susunan berfikir yang nantinya akan menjadi kerangka dalam story yang akan Anda buat,” kata Hadi di hadapan para peserta PPG.

Di sesi kelas yang berlangsung selama tiga jam ini, Hadi juga mengevaluasi proposal para peserta yang sebelumnya telah direvisi dan diserahkan kembali ke mentor.

Dari hasi evaluasi tersebut, mentor menyampaikan beberapa poin berupa enam elemen penting yang nantinya bisa membantu para peserta untuk membuat proposal yang lebih mumpuni. Kelima elemen tersebut antara lain; Subjek Cerita (topic), Bangunan Cerita (Plot), Sudut Pandang (angle), Konflik dalam Cerita (Conflict), dan Kedalaman Riset (Research), dan terakhir adalah Budget. (AWS/foto: Radityo Widiatmojo).

 

 


Sesi 5 Kelas PPG: Editing

 

Delapan meja putih berukuran sekitar 1 x 1,5 meter sudah tersusun rapi di tengah salah satu ruangan di lantai 21, PermataBank Tower, Jakarta. Di atas setiap meja, tampak puluhan foto ukuran 4R hasil bidikan para peserta PPG 2013. Seluruh peserta terlihat serius menyusun urutan foto, ada yang sibuk membuka catatan storyboard untuk membantu susunan foto, ada juga yang sibuk berdiskusi dengan partner-nya dan saling memberi saran dalam penyusunan alur cerita photo story yang mereka garap.

 

Sementara itu, di sudut meja yang lain, para mentor kelas PPG Edy Purnomo dan Ahmad 'Deny' Salman mulai mengamati urutan foto yang telah disusun oleh para peserta. Sesekali para mentor memberi saran, membantu memilih & menyusun urutan foto agar sesuai dengan alur cerita sekaligus berbagi ide dan tips ketika para peserta menemui kendala dalam mengerjakan photo story.

 

“Sebetulnya kerangka (cerita) dalam photo story kalian sudah mulai terbentuk, sekarang tantangannya adalah mencoba untuk menari dengan imajinasi kalian. Memotretlah dengan gembira dan lebih rileks, lalu rasakan permasalahannya. Karena itu yang jauh lebih penting....” tutur Edi.

Sesi ke-5 Kelas PPG yang berlangsung pada hari Jumat (25/10) memang agak berbeda. Ini kali pertama para peserta tidak belajar teori di kelas lantaran di sesi  Editing para peserta diharuskan membawa hasil jepretan selama di lapangan sebagai rangkaian final project masing-masing.

 

Kehadiran Beawiharta, fotografer senior dari Reuters, kian menambah keistimewaan sesi Photo Editing. Beawiharta yang hadir sebagai mentor tamu (guest mentor) ikut berkeliling dari satu meja ke meja lain untuk membantu & berbagi ide bagi para peserta dalam membangun dan menyusun sebuah photo story.

“Inti dari pengerjaan sebuah photo story adalah keintiman. Jadi kalian harus benar-benar mengetahui karakter & semua permasalahan si tokoh (karakter) dalam story kalian,” kata Beawiharta di hadapan para peserta.

 

Sebelum kelas berakhir, ia pun menambahkan, “Yang penting kalian harus bisa merasakan keintiman itu sehingga ada kedekatan dengan karakter atau tokoh dalam story kalian. Ini akan membantu saat eksekusi di lapangan dan membuat hasil foto kalin lebih terasa hidup.” (AWS/foto: Radityo Widiatmojo)


Sesi 4 Kelas PPG: Understanding Photo Story (part 2)

Setelah sesi kelas sebelumnya membahas pemahaman awal tentang photo story, di sesi kali ini, Ahmad 'Deny' Salman atau mentor yang lebih akrab dipanggil Bung Deny, mengajak para peserta untuk mengenal lebih jauh beberapa Teknik Bercerita dalam photo story.

Read more


Sesi 3 Kelas PPG: Understanding Photo Story (part 1)

Membuat photo story ternyata tidak semudah yang dibayangkan dan tentunya harus memiliki persiapan, perencanaan, dan riset yang matang. Setidaknya hal tersebut menjadi pemahaman awal para peserta di sesi ke-3 kelas PPG yang mengulas tentang “Understanding Photo Story” pada hari Jumat (18/10) di kelas PPG di Jakarta.

 

Dibawah bimbingan mentor Ahmad 'Deny' Salman, peserta diajak melihat beberapa contoh photo story dari berbagai fotografer dengan keragaman tema. Mulai dari photo story sederhana bertema binatang, gaya hidup, hingga photo story dengan kompleksitas isu seperti Global Health Crisis karya James Natchwey ataupun Country Doctor karya Eugene Smith.Read more


Sesi 2 Kelas PPG: Proposal

“Salah satu elemen dasar dalam mengerjakan sebuah projek adalah perhatian dan minat. Ini penting sebagai entry point bagi fotografer sebelum memvisualisasikan karyanya,”  ujar Hadi Winarto, yang untuk pertama kalinya hadir sebagai mentor tamu pada hari Jumat (11/10) di ruang kelas PPG 2013, PermataBank Tower, Jakarta.Read more


Sesi 1 Kelas PPG: Eksplorasi Tema & Proposal

Suasana kelas tiba-tiba menjadi sunyi ketika para mentor kelas PPG, Edy Purnomo dan Ahmad 'Deny' Salman memberi masukan mengenai proposal ke-10 peserta Permata Photojournalist Grant III. Beberapa langsung sibuk mengeluarkan notes dan mulai mencatat. Sebagian lainnya langsung terdiam dan terlihat berpikir dengan dahi berkerut.Read more


Sesi : Journalistic Writing

Foto : Rahadian Wijaya

Foto-foto karya jurnalistik tanpa disertai teks ataupun kalimat pengantar, tak jarang bisa menimbulkan penafsiran dan pemahaman yang berbeda di mata pembaca. Karenanya, semakin dekat menuju sesi final kelas Permata Photojournalist Grant (PPG) 2012 yang akan berakhir pada bulan November ini, para peserta kelas mendapat bekal materi Penulisan Jurnalistik sebelum menampilkan hasil akhir karya mereka di hadapan publik.

Materi diberikan langsung oleh Zamira Loebis, atau akrab disapa Mbak Tatap. Bertempat di Binus FX, Jakarta (20/11), ia memaparkan dasar-dasar dan teknik penulisan jurnalistik seperti pentingnya unsur-unsur 5W + 1 H dalam sebuah penulisan, penulisan kalimat yang baik, serta beberapa elemen penting seperti informasi, signifikansi, fokus, konteks, dll.

 “Tulisan yang baik adalah hasil ramuan ketrampilan menggali bahan penting di lapangan dan melalui riset, dan kemampuan menuliskannya secara hidup,” ujar Mbak Tatap di hadapan para fotojurnalis peserta PPG 2012.

Usai pemaparan, kelas dilanjutkan dengan interaksi dengan peserta. Di sesi ini, Mbak tatap menyunting (meng-edit) tulisan pengantar foto esai para peserta. Sebagian tulisan peserta ditampilkan di slideshow dan dibahas bersama-sama di depan kelas.

Fernando Randy dari Viva News adalah salah satu peserta kelas yang tulisannya sama-sama dibahas di depan kelas . Di sesi ini, tak jarang Mbak Tatap mengingatkan untuk memperbaiki tulisannya agar susunannya menjadi lebih baik, benar, dan efektif.  “Sebelumnya gue nulis asal aja, tapi setelah sesi ini gue jadi tahu pentingnya informasi dan data untuk menunjang tulisan. Yang penting sih gue jadi tahu gimana caranya membuat tulisan efektif, singkat tapi baik dan benar,” kata Nando.

Sayangnya, akibat keterbatasan waktu, pada malam itu tidak semua peserta mendapat kesempatan untuk dibahas dan disunting tulisannya secara bersama-sama. Sebelum menutup kelas, Mbak Tatap tak segan-segan mengingatkan peserta dalam membuat tulisan... Strength your conclusion and your opinion! (DIKA/AWS)

 

 

 


Sesi : Photo Editing

Foto : Rahadian Wijaya

Fotografer peserta Permata PhotoJournalist Grand (PPG) 2012 memasuki tahap editing ke-2, di Binus Fx lantai 6, Jakarta, (13/11). Puluhan foto berjejer di atas meja dalam sesi tersebut. Dengan seksama Deny Salman dan Edy Purnomo memperhatikan tiap detailnya, kemudian memilih foto yang mendukung dan memisahkan foto yang tidak sesuai dengan alur photo story mereka.

Salah satunya photo story milik Sumaryanto Bronto, tentang anak jalanan di Ciroyom Bandung. Menurut Deny  yang perlu ditambahkan pada foto Bronto adalah foto aktifitas anak-anak jalanan yang belajar life skill sebagai unsur pendidikan dalam photo story-nya. Sementara Edy berpendapat bahwa foto-foto Bronto sudah mendapat alur cerita secara visual.

Kedua mentor tersebut memberikan masukan kepada peserta dengan pengalamannya masing-masing di dunia fotografi. Saat mengedit Deni menulis catatan di sebuah lembar kertas terkait perbaikan photo story, kemudian diberikannya ke masing-masing peserta.

Di akhir kelas, mereka membahas persiapan seluruh peserta PPG 2012 menyambut kelas Kadir Van Lohuizen (NOOR) yang datang secara khusus menjadi mentor tamu dalam workshop ini (DIKA).

 

 


SESI: Sejarah Fotografi Dokumenter

Foto : Rahadian Wijaya

Setelah sebelumnya para peserta PPG 2012 mempresentasikan photo story hasil karyanya, hari Jumat (9/11) lalu mereka pun kembali duduk di kelas untuk mengikuti sajian materi dari mentor Edy Purnomo tentang Sejarah Foto Dokumenter.

Sekitar 30 menit pertama, Edy membuka kelas dengan menampilkan slideshow berisi kumpulan foto hitam putih karya Dorothea Lange yang mewakili foto-foto pada era Great Depression dan beberapa foto karya Walker Evans serta Lewis Hine tentang buruh anak. Tak lama Edy pun melanjutkan slideshow yang kedua dengan foto-foto karya Nan Goldin. Selesai menampilkan slideshow, kelas dibagi menjadi dua kelompok untuk diskusi singkat mengenai perbedaan kentara dari foto-foto yang baru saja mereka lihat.

Pada sesi yang berlangsung selama dua jam ini, mentor juga mengupas kapan dimulainya foto dokumenter, definisi foto dokumenter, termasuk saat terjadinya perubahan akan foto dokumenter itu sendiri ke ranah kontemporer, dimana fotografer tidak lagi menampilkan hal-hal yang bersifat publik melainkan 'bermain' ke ranah privat.

Intinya, Edy mengatakan, meski foto dokumenter mengalami perubahan, toh fotografer tetap melakukan hal yang sama. Yakni, "to see, to record, and to document." Dimana di era kontemporer ini, fotografer tidak sekadar merekam tapi juga mendokumentasikan (to document), bahkan terlibat di dalamnya. (DIKA)

 


Presentasi Peserta Permata Photojournalist Grant (PPG) 2012

Peserta PPG 2012 mempresentasikan photo story mereka dihadapan tim panelis hari Selasa (6/11). Adapun keempat tim panel tersebut adalah Leila Djafar (Executive Vice President Corporate Affairs Permata Bank), Sinartus Sosrodjojo (PannaFoto), Dita Alangka (AP) dan Kemal Jufri (Pewarta Foto Freelance).

Bagi peserta, presentation ini bisa saja bukan sebagai hasil dari proses selama ini, karena peserta masih dapat melakukan photo shoot kembali sebelum akhirnya diproses untuk dicetak.  Keseluruhan foto yang dibuat oleh peserta akan dipamerkan di bulan Desember 2012.


Sesi : Bertemu Sasa Kralj Lagi

Foto : Rahadian Wijaya

Peserta Permata Photojournalist Grant 2012 kembali berinteraksi dengan Sasa Kralj, fotografer asal Kroasia via Skype pada hari Jum'at (2/11) .

Dalam pertemuan kedua, Sasa kembali menekankan pentingnya riset dalam pembuatan photo story. Riset akan membantu fotografer memahami isu dan permasalahan tema yang akan digarap. Riset yang 'dalam' akan tercermin dalam caption yang menyertai setiap photo story.

Ia sempat menyebutkan bedanya fotografer dan pewarta foto, "A photographer takes pictures, a photojournalist tells stories". Dengan pengertian tersebut, Sasa selalu mendorong setiap peserta PPG 2012 untuk memikirkan apa yang penting dari cerita mereka, mengapa harus diangkat, pelajaran apa yang bisa didapat oleh pembaca dengan melihat photo story mereka.

Menurut Sasa tema-tema yang diangkat para peserta PPG tahun ini sangat variatif. Mereka melihat tema "Pendidikan" dari sudut pandang yang berbeda. Ada yang mengangkat pendidikan diluar sistem pada komunitas Punk, peering education, pendidikan agama, pengaruh televisi. Dengan riset dan caption yang kuat, photo story mereka akan mempunyai cerita yang luar biasa.    ( sw).