160115_PPG SESI 12

 

Orang bijak mengatakan, pengalaman adalah guru yang paling baik. Tidak hanya belajar dari pengalaman pribadi, tapi belajar dari pengalaman orang lain pun juga bisa memberikan pelajaran berharga. Dan di sesi ke-12 Kelas PPG, para peserta kali ini tidak belajar secara teori, tapi belajar dari pengalaman para alumni dan rekan fotografer freelance yang akan berbagi pengalaman.

Masih bertempat di Kelas PPG di WTC II, Permata Tower, Jakarta, Kelas PPG pada hari Jumat (15/1) lalu mengundang Ramdani, fotografer Media Indonesia, yang akan berbagi pengalamannya dalam membuat photo story di media serta personal project. Di sesi I ini, Ramdani yang juga merupakan alumni PPG angkatan ke-3, banyak berbagi tips bagaimana menyiasati waktu dan berjibaku dengan deadline fotografer harian namun masih mampu menyempatkan diri untuk membuat photo story. Termasuk pentingnya menyiapkan konsep sebelum memotret, memperjuangkan proposal photo story ke editor foto, kendala waktu, riset, mencari ide story, dan salah satu yang penting adalah menemukan teman diskusi.

“Bagi kita, fotografer harian, waktu sering menjadi kendala. Tapi itu bukan alasan. Karena untuk bisa produktif dan terus berkarya adalah melawan rasa malas dan terus memupuk rasa ingin tahu,” papar pria yang akrab disapa Unank ini.

Sebagai fotografer harian yang tentunya sangat ketat dengan jadwal memotret dan berburu berita, Unank termasuk fotojurnalis harian yang sangat produktif dalam berkarya. Selama 5 tahun sebagai fotojurnalis, total ia sudah menghasilkan 70 photo story. Baginya, posting liputan yang berbeda-beda justru terkadang menguntungkan Unank untuk mengerjakan story yang berbeda-beda. Story apapun yang akan ia kerjakan, ia selalu terlebih dahulu melakukan riset lapangan dan menyiapkan konsep photo story yang akan digarap.

Selain menceritakan pengalamannya, berbagi tips & trik, di Sesi 1 ini, Unank juga sempat memperlihatkan beberapa photo story yang pernah ia kerjakan dan telah dimuat di media tempat ia bekerja. Mulai dari photo story tentang para pemudik, lumpur lapindo, air rusunawa, sepeda di Jogjakarta, atau bahkan kisah mengenai TKI di Hong Kong yang sangat perduli dengan fashion.

Memasuki sesi ke-2, Rony Zakaria berbagi pengalamannya dari sisi fotografer dokumenter lepas (freelance documentary photographer). Rony yang karya-karyanya banyak dimuat oleh berbagai media internasional banyak berbagi tips cara-cara bekerja dengan media luar, termasuk bagaimana memperluas networking, bagaimana cara memulai karier sebagai freelancer, pentingnya mempunyai portfolio yang kuat dan mengirimkannya ke media-media, juga bagaimana membina relasi dengan para foto editor dari media-media internasional.

“Menjadi seorang freelancer itu artinya kita punya banyak waktu dan tantangannya adalah kita harus selalu mencari cara bagaimana kita me-manage waktu. Setiap ada waktu luang, gunakan waktu itu untuk melakukan riset, memotret, dan terus ber-progress dengan mencari kesempatan-kesempatan baru seperti mengikuti workshop atau mengajukan grant,” kata Rony.

Sama halnya dengan Unank. Rony juga sempat memperlihatkan beberapa photo story karyanya yang pernah dimuat di berbagai publikasi luar negeri serta projek multimedia yang pernah ia garap. Kelas pun berakhir dengan sesi tanya-jawab serta diskusi foto bersama Unank maupun Rony. (OKKY /foto: Hanggi Tyo)